600 Pelajar Ikuti Pelatihan Pembuatan Keramik di Banjarnegara
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Sebanyak 600 murid dari tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah dasar di Kecamatan Purwareja Klampok, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mengikuti pelatihan pembuatan kerajinan keramik di Pendopo Eks Kawedanan Klampok, Selasa (26/9) sampai Jumat (29/9). Pelatihan itu digelar untuk melestarikan kerajinan keramik yang mulai kurang diminati generasi muda.
”Pelatihan dan pameran bagi anak TK dan SD ini diselenggarakan dengan tujuan menumbuhkan kesadaran bahwa di sini terdapat kerajinan keramik yang berkualitas dan sudah mendunia,” kata Ketua Panitia Workshop dan Pameran Keramik Irianto Mashudori, Selasa (26/9) di Banjarnegara.
Irianto menyampaikan, dalam pelatihan tersebut, anak-anak diperkenalkan metode pembuatan keramik dari tanah liat. Anak-anak diajak membentuk gelas tanah liat, mencetak tanah liat dengan aneka bentuk, seperti kupu-kupu dan keong, serta mewarnai celengan tanah liat. ”Keramik yang dipamerkan ada sekitar 100 items, seperti poci, guci, dan vas bunga,” ujarnya.
Pemilik industri rumah tangga gerabah ”Usaha Karya”, Supriyanti, menyampaikan, 80 perajin keramik di tempatnya rata-rata berusia di atas 30 tahun hingga 60 tahun. Menurut Supriyanti, tidak mudah mencari perajin keramik yang muda karena membuat keramik dianggap rumit dan perlu ketekunan. ”Keramik adalah hasil kesenian. Karena itu, membuatnya juga perlu dengan hati,” kata Supriyanti.
Ia mengatakan, usaha keramik dari tanah liat juga cukup menjanjikan. Dalam sebulan, setidaknya terdapat 40.000 pesanan berupa poci, vas bunga, hiasan dinding, celengan, dan guci. ”Setiap bulan poci dikirim ke Tegal. Selain itu juga dikirim ke Amerika, Afrika, Singapura, dan Malaysia,” ujar Supriyanti.
Camat Purwareja Klampok Gatot menyampaikan, ada 21 kelompok industri kerajinan keramik di kecamatannya. Per kelompok biasanya dapat mempekerjakan 5-10 orang, bahkan ada yang sampai 80 orang dan sebagian besar perajinnya adalah orang tua. ”Melalui pelatihan ini, diharapkan dapat mengenalkan kerajinan keramik kepada anak-anak muda dan sekaligus melestarikan kerajinan keramik Klampok,” ujar Gatot.
Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Banjarnegara Bambang Sarwoto menyampaikan, selain mengalami kendala regenarasi perajin, industri keramik juga kesulitan dalam pemasaran. ”Ada kendala di pemasaran. Keramik dari sini cenderung lebih berat dibandingkan keramik dari China. Oleh karena itu, untuk pengiriman dalam pameran atau penjualan perlu biaya tinggi,” kata Bambang.
Bambang juga menyampaikan, jumlah industri kerajinan keramik di Kecamatan Purwareja Klampok cenderung berkurang dalam 20 tahun terakhir. ”Pada tahun 1990-an, ada sekitar 70 kelompok perajin keramik, tapi sekarang jumlahnya hanya sekitar 20 perajin keramik,” katanya.
Menurut Bambang, pemerintah daerah terus berusaha mendukung keberlangsungan industri keramik tersebut dengan cara memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta membantu peralatan. ”Keramik Purwareja Klampok ini memiliki kekhasan, yaitu setiap alur ada ukiran atau reliefnya. Motifnya adalah alam, seperti tanaman dan hewan,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banjarnegara Noor Tamami menyampaikan, dalam kurikulum di sekolah terdapat mata pelajaran muatan lokal yang salah satu materinya adalah tentang kerajinan keramik.
”Muatan lokal ini bertujuan mengenalkan kerajinan keramik kepada anak-anak. Namun, kesulitan yang dihadapi adalah minimnya tenaga pengajar yang paham keramik. Oleh karena itu, guru diminta mengajak muridnya datang ke sentra keramik agar anak dapat melihat dan belajar langsung kepada perajinnya,” kata Noor.
Dalam lokakarya dan pameran yang didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut, anak-anak tampak antusias melihat perajin keramik membuat cangkir dan gelas serta mengukir guci. Mereka tampak berebutan mencoba membentuk tanah liat menjadi gelas cangkir meskipun tangan mereka mejadi kotor belepotan tanah liat. ”Senang bisa membuat hiasan kupu-kupu sendiri. Ini baru pertama kali. Sebelumnya, belum pernah membuat kayak gini,” kata Niken (10), siswi kelas V SD N3 Purwareja Klampok.