Didorong, Produk Inovatif untuk Atasi Persoalan Warga
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Produk-produk inovatif, yang dikembangkan warga di Jawa Tengah, didorong supaya mampu mengatasi persoalan nyata di tengah masyarakat. Salah satunya, penemuan alat tangkap ikan ramah lingkungan sebagai alternatif pengganti jaring cantrang yang telah dilarang pemerintah.
Pengolah Data Pengoperasian Unit Pelayanan dan Pengoperasian Ilmu Pengetahuan Teknologi Inovasi (UPP Iptekin) Bappeda Jateng Sutarsono, Selasa (26/9), di Semarang, mengatakan, sebanyak 50 produk inovatif asal Jateng saat ini masih dalam tahap pemberkasan hak kekayaan intelektual. Ditargetkan, pada Oktober dapat didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Menurut Sutarsono, dari 50 produk yang difasilitasi, 10 merupakan produk unggulan yang menjadi pemenang utama Lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) Jateng 2017. Produk itu antara lain alat tangkap ikan ramah lingkungan milik Aziz Tarsono, warga Kelurahan Karangasem Utara, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang. Selain itu, mesin pengolah dan penguji pupuk organik milik Rizal Alansyah dari Desa Tengguli, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara.
Ia menambahkan, produk-produk inovatif itu menurut rencana akan diajukan dalam Inkubasi Bisnis Teknologi Kementerian Riset, Tekonologi, dan Pendidikan Tinggi tahun depan. ”Sejumlah produk prospektif kami dorong ke sana. Mudah-mudahan bisa dihilirisasi hingga tahap industri,” katanya.
Sebelumnya, inovasi warga Jateng yang diikutkan dalam Krenova 2014, Magic Ring karya Sumiyanto, warga Kabupaten Boyolali, juga masuk program Inkubasi Bisnis Teknologi hingga tahap ke-2. Produk inovatif tersebut mampu mengurangi konsumsi bahan bakar sepeda motor hingga 40 persen.
Ide lama
Aziz Tarsonno, penemu alat tangkap ramah lingkungan sebagai solusi pengganti cantrang, menuturkan, ide membuat produk tersebut sebenarnya sudah tercetus lama. Pada pertengahan 1980-an, Aziz mengikuti ayahnya, seorang pemilik kapal, berlayar. Saat itu, ia heran karena jaring yang digunakan tidak tepat sasaran dan merusak terumbu karang.
Pada 1996, Aziz membuat jaring ramah lingkungan secara sederhana. Uji coba di tambak udang pun berhasil. Sebanyak 90 persen udang terjaring. ”Namun, setelah itu terlupakan. Hingga akirnya belakangan ramai pro kontra penggunaan cantrang. Lalu, saya konsepkan pada Juni-Agustus 2015,” ucap Aziz.
Produk inovatif Aziz dinamai Jaring Kelelawar dan Jaring Apolo. Dari kapal, jaring tersebut diturunkan dengan sejumlah pelengkap, seperti umpan dan lampu penerangan. Jika ikan sudah terperangkap, jaring tersebut dikerek ke permukaan tanpa menyentuh terumbu karang sehingga ramah lingkungan.
Aziz menyebutkan, karyanya sudah diminta oleh banyak instansi, khususnya setelah dipamerkan pada puncak perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-22 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 10-13 Agustus 2017. Namun, dia belum bisa memenuhi sejumlah permintaan itu.
”Saat ini, yang ada masih berupa prototipe lantaran masih dalam proses pemberkasan hak kekayaan intelektual oleh Pemprov Jateng. Saya ikut pemerintah saja. Mudah-mudahan bisa segera diproduksi dan menjadi solusi bagi nelayan,” kata Aziz.