Peran Aktif Perempuan Diperlukan untuk Mengakhiri Kekerasan
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·2 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Peran aktif perempuan sangat diperlukan untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan manusia yang mengorbankan perempuan dan anak, serta kesenjangan ekonomi pada perempuan. Apalagi, sekitar 24 juta dari 123 juta perempuan di Indonesia mengalami trauma berkepanjangan akibat mengalami kekerasan fisik ataupun psikis.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Susana Yembise pada pembukaan Pertemuan Raya I Perempuan Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (26/9), mengatakan, perempuan-perempuan Indonesia harus bangkit untuk mengakhiri semua itu.
”Di Indonesia, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih cukup tinggi. Kaum perempuan harus berperan aktif untuk memutus mata rantai kekerasan agar kekerasan itu tidak terus berulang,” kata Yohana.
Menurut Yohana, Kementerian PPPA bertekad mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan manusia, dan kesenjangan ekonomi pada perempuan. Tugas tersebut tidak mudah sehingga memerlukan dukungan dan peran aktif dari berbagai pihak.
”Indonesia merupakan satu dari 10 negara di dunia yang berkomitmen memperjuangkan kesetaraan jender menuju planet 50-50 pada 2030. Untuk mewujudkan itu, semua warga harus mendapat perhatian yang sama, tanpa diskriminasi. Ini pekerjaan rumah yang besar bagi kaum perempuan,” kata Yohana.
Ketua Umum Majelis Sinode GKE Pdt Wardinan S Lidim mengemukakan, kaum perempuan dalam organisasi GKE sangat berjasa dan berkontribusi memajukan dan mengembangkan GKE serta masyarakat dalam berbagai bidang. Kaum perempuan GKE melaksanakan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan keluarga, jemaat, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam organisasi GKE, secara statistik, jumlah jiwa perempuan lebih banyak dari laki-laki. Pendeta perempuan lebih banyak daripada pendeta laki-laki, vikaris perempuan lebih banyak daripada vikaris laki-laki, penatua atau diakon perempuan lebih banyak daripada penatua atau diakon laki-laki. Jadi, peranan perempuan sangat besar.
”Melalui Pertemuan Raya Pertama Perempuan GKE, kami mengajak kaum perempuan GKE terus belajar, berlatih, berjuang, bekerja keras, dan berkarya untuk kemajuan dan kemapanan jemaat, masyarakat, bangsa, dan negara dalam berbagai bidang,” kata Wardinan.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan yang dibacakan Asisten 3 Bidang Administrasi Umum Pemprov Kalsel Sugian Noorbah mengapresiasi kegiatan yang dilakukan perempuan GKE. Mereka telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk berkontribusi pada pembangunan melalui peran aktif di bidang sosial ekonomi, isu-isu lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat.
Ketua Panitia Pertemuan Raya I Perempuan GKE Mintje G Roring mengatakan, pertemuan ini bertemakan perempuan GKE turut serta menjadi agen penggerak perubahan dan kemajuan yang membawa kesejahteraan untuk sesama manusia dan alam semesta. Pertemuan berlangsung di Banjarmasin, 25-29 September, dan diikuti 903 peserta dari seluruh Kalimantan dan Jakarta.