PADANG, KOMPAS — Sekitar 50 ton minyak kelapa sawit mentah (CPO) tumpah dan mencemari perairan Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (28/9). Tumpahan CPO itu berasal dari kebocoran sambungan pipa milik PT Wira Inno Mas yang beroperasi di pelabuhan itu.
Juru bicara PT Wira Inno Mas, Gunawan, saat ditemui wartawan di lokasi kejadian, belum mau menjelaskan kronologi kejadian, termasuk penyebab kebocoran. Namun, dia membenarkan bahwa CPO yang seharusnya diangkut ke kapal untuk diekspor itu tumpah akibat kebocoran sambungan pipa milik mereka.
"Saat ini, kami fokus pada tanggap darurat. Soal penyebab kebocoran, saya belum bisa memberi keterangan. Begitu juga perkiraan kerugian," katanya.
Tanggap darurat dilakukan bersama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Teluk Bayur dan pihak terkait dengan memasang oil boom, yakni peralatan untuk melokalisasi tumpahan minyak agar tidak meluas. "Target kami adalah seluruh tumpahan CPO dibersihkan paling lambat Kamis sore," kata Gunawan.
Menurut keterangan warga dan pekerja pelabuhan, kebocoran terjadi sekitar pukul 10.00. Posisi pipa yang bocor berada di bagian belakang tangki dan langsung menghadap ke laut.
"Ada ledakan. Setelah itu, banyak minyak keluar sehingga karyawan perusahaan tidak bisa menahan. Akibatnya, tumpahan minyak langsung ke laut. Sampai saat ini belum ada dampak ke nelayan. Namun, kalau dibiarkan dan tidak dibersihkan, akan terjadi pencemaran," kata Oktavianus, seorang warga.
Lokasi kejadian sekitar 14 kilometer arah selatan pusat Kota Padang atau ujung barat Pelabuhan Teluk Bayur. CPO yang berbentuk gumpalan berwarna kuning itu tersebar hampir 500 meter di sepanjang tepi pelabuhan dan melebar sekitar 200 meter ke tengah laut. CPO tidak terbawa ke daratan karena tertahan bebatuan pemecah ombak. Menjelang siang, sebagian besar CPO terbawa angin ke sisi timur area dan menumpuk di sana.
Petugas dari Pelindo II Teluk Bayur Padang, PT Wira Inno Mas, kepolisian, dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Teluk Bayur bersama-sama menurunkan dua unit oil boom masing-masing sepanjang 250 meter ke laut, kemudian ditarik menggunakan kapal motor milik nelayan setempat. Setelah oil boom terpasang, petugas bersama nelayan membawa drum-drum kosong yang akan digunakan untuk menampung CPO yang dilokalisasi.
Aktivitas masih normal
Sejauh ini, aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Teluk Bayur masih normal. Menurut Kepala Hubungan Masyarakat PT Pelindo II Teluk Bayur Padang Muhammad Taufik, bongkar muat berjalan normal karena area kolam dan alur tidak terdampak tumpahan CPO. Apalagi oil boom sudah dipasang sehingga tidak menyebar ke area kolam dan alur serta tidak mengganggu kapal.
Terkait penyebab kebocoran, menurut Taufik, pihaknya tidak memiliki kewenangan. Penyelidikan, termasuk penindakan terhadap pencemaran, diserahkan kepada KSOP Teluk Bayur.
"Kerja sama dengan kami berupa sewa lahan dan bongkar muat. Kami terlibat hanya ketika bongkar muat dari kapal ke pipa. Jadi, jika ada standar operasional prosedur yang dilanggar di internal perusahaan, itu urusan KSOP yang nanti akan melakukan investigasi mendalam," kata Taufik.
Meski demikian, menurut Taufik, dalam kontrak kerja sama dengan PT Wira Inno Mas yang sudah beroperasional di Pelabuhan Teluk Bayur selama 10 tahun, terdapat hak, kewajiban, dan sanksi. "Kami menunggu hasil investigasi dari KSOP Teluk Bayur, baru bisa mengambil langkah lebih lanjut. Terkait sanksi, diberikan bertingkat sampai bisa berupa penghentian kerja sama," kata Taufik.
Meskipun belum bersedia menjelaskan penyebab kebocoran, Gunawan memastikan bahwa dalam pengoperasian, mereka selalu menyiapkan langkah antisipasi. Langkah antisipasi yang dia maksud adalah memasang bund wall (fuel tank protection), yakni tanggul pengaman pertama guna mencegah kebocoran dari tangki. (ZAK)