logo Kompas.id
NusantaraPemerintah Didesak Intervensi
Iklan

Pemerintah Didesak Intervensi

Oleh
· 2 menit baca

PALANGKARAYA, KOMPAS — Petani rotan di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, meminta pemerintah mengintervensi industri hilir agar mau menaikkan harga beli rotan. Saat ini harga rotan mentah berkisar Rp 1.300-Rp 1.500 per kilogram. Padahal, harga normal rotan mentah berkisar Rp 2.500-Rp 3.000 per kilogram. Ferdinand Nyahun (32), petani rotan di Hampangen, Katingan, mengatakan, dirinya dan beberapa petani rotan lain hanya bisa pasrah. Sebagian besar di antara mereka bahkan tidak lagi memanen rotan. "Kami berharap ada kenaikan harga dari industri mebel rotan. Kalau harga jatuh terus, kami tak akan pernah bisa sejahtera dan bahkan tak lagi menjual rotan," kata Ferdinand di Palangkaraya, Minggu (1/10).Harga rotan turun sejak ada larangan ekspor, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35 Tahun 2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan. Tujuan larangan ekspor itu adalah mendorong ekspor barang jadi ke luar negeri. Namun, kebijakan itu tidak berdampak kepada petani."Bagi petani yang hanya berharap pada rotan, mau tak mau tetap menjualnya meskipun harga jatuh. Kalau petani yang memiliki kebun karet tidak mau memanen rotan meskipun di kebun melimpah," kata Ferdinand.Koordinator Pendamping Petani Rotan dari World Wide Fund for Nature, Indra Bayu, di Palangkaraya, mengatakan, seharusnya larangan ekspor membuat pengusaha industri hilir rotan menaikkan harga beli. Larangan ekspor itu merangsang produksi industri hilir dan mebel lebih tinggi daripada sebelumnya. "Semua sektor didorong membuat barang jadi, tetapi petani dilupakan. Mereka hanya bisa mengirim bahan," ujar Indra. Dari hasil pertemuan Forest Commodities se-ASEAN di Bangkok, Thailand, dua pekan lalu, kata Indra, beberapa negara penghasil rotan juga membuat larangan ekspor mengikuti Indonesia. Namun, dengan adanya kebijakan itu harga rotan di tingkat petani di Kamboja, Laos, Thailand, dan beberapa negara lain justru meningkat mencapai Rp 4.000 per kilogram rotan mentah. "Rotan yang memiliki sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) hanya ada di Laos dan Indonesia-di Katingan, Kalteng. Namun, harga rotan mentah lebih tinggi di sana (Laos)," ujar Indra.Menurut Indra, selain terus mendorong petani meningkatkan produknya, harus ada intervensi pemerintah untuk menaikkan harga rotan di petani. Di Katingan, Perhimpunan Petani Rotan Katingan sudah melakukan verifikasi rotan dengan bergabung di FSC. Perhimpunan memiliki 209 anggota dengan 270 bidang kebun rotan seluas 690,88 hektar. Semuanya memiliki sertifikat FSC. (IDO)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000