logo Kompas.id
NusantaraKreatif Pertahankan Batik...
Iklan

Kreatif Pertahankan Batik Tulis

Oleh
· 3 menit baca

REMBANG, KOMPAS — Perajin batik tulis Lasem di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, dituntut terus berinovasi agar mampu bertahan menjaga warisan batik tulis klasik di tengah gempuran peredaran batik cap. Batik cap kini banyak diserap pasar seiring penurunan daya beli masyarakat dari kalangan menegah ke bawah. Hal itu terungkap dalam temu anggota Kluster Batik Lasem di Lasem, Rembang, Rabu (4/10) malam. Hadir sedikitnya 40 pemilik usaha batik Lasem. Pemilik usaha Ningrat Batik dari Sumbergirang, Lasem, Rifai, mengatakan, pangsa pasar batik tulis punya kekuatan yang tidak mudah digeser batik cap. Kendati harganya murah, batik cap biasanya tidak tahan lama. Konsumennya juga bukan peminat batik fanatik. "Usaha saya tetap berjalan karena peminat batik tulis masih banyak dan terus tumbuh. Mereka kadang membeli batik dalam bentuk kain. Untuk dikoleksi ataupun dijadikan pakaian sesuai selera mereka," ujar Rifai.Batik tulis terjangkauUntuk membendung serbuan batik cap, sejumlah perajin batik mengaku mulai memproduksi batik tulis dengan harga terjangkau. Batik tulis seharga Rp 150.000 per potong sampai Rp 200.000 per potong tersedia, dengan kualitas kain dan desain yang medium.Rata-rata pengusaha batik di Lasem menghasilkan 100-200 potong kain batik per pekan. Kalau dua tahun lalu omzet usaha batik skala kecil berkisar Rp 30 juta-Rp 50 juta per pekan. Dengan memproduksi batik tulis terjangkau, kini penghasilan mereka Rp 20 juta per pekan.Sri Djoko, pembatik Sekar Mulyo di Babakan, Lasem, mengatakan, kondisi usaha batik tulis di Lasem saat ini agak stagnan meski beberapa motif, terutama motif batik China, mulai banyak permintaan di pasaran. Hal ini akibat daya beli masyarakat tingkat menengah ke bawah lesu setahun terakhir. Akhirnya, para pembatik di Lasem lebih mengincar pasar batik menengah ke atas.Sri Djoko mengatakan, ada dua faktor yang membuat pembatik di Lasem bertahan. Pertama, mereka masih konsisten menghasilkan batik tulis klasik yang punya segmen peminat khusus. Faktor kedua, produk batik mereka banyak disetorkan ke perusahaan-perusahaan batik skala nasional di Solo, Yogyakarta, dan Jakarta.Hal senada dikatakan perempuan perajin batik di Lasem, Sri Winarti. Pasar batik konsumen menengah ke bawah kini lesu. Hanya konsumen kelas menengah atas yang memiliki uang untuk belanja sandang. "Karena itu, pembatik tulis di Lasem kini fokus membidik konsumen menengah ke atas. Pembatik memproduksi batik-batik halus dengan motif yang kreatif. Batik tulis halus ini dilempar ke pasaran dengan harga minimal Rp 1,3 juta per potong," ujar Sri.Ketua Kluster Batik Tulis Lasem, Rembang, Santoso Hartono, mengatakan, dalam waktu dekat, para pembatik di Lasem akan mengikuti kegiatan pameran batik di Kota Semarang. Pameran merupakan salah satu jalan meningkatkan pemasaran produk batik tulis. "Para pembatik sepakat untuk saling tukar informasi sekiranya ada pesanan batik yang bisa digarap bersama," kata Santoso. (WHO)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000