Banjir Setinggi 2 Meter Landa Sekadau di Kalimantan Barat
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sejumlah wilayah di Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, dilanda banjir setinggi 2 meter pada hari Selasa (10/10). Lokasi banjir yang terletak sekitar 250 kilometer dari Pontianak itu merendam puluhan permukiman dan memutus akses ke sejumlah wilayah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sekadau Akhmat Suryadi, Selasa, menuturkan, lokasi banjir terparah di ibu kota Kecamatan Nanga Mahap. Banjir juga merendam desa-desa di sekitarnya.
”Berdasarkan data yang telah kami himpun, ada 41 keluarga atau sekitar 619 jiwa yang rumahnya terendam. Bagi penduduk yang rumahnya terendam parah, sebagian ada yang mengungsi ke rumah keluarganya. Ada pula yang masih bisa bertahan di rumah,” kata Akhmat.
Jalan-jalan utama di Nanga Mahap ataupun yang menghubungkan Nanga Mahap dengan daerah sekitarnya juga terendam banjir. Akses untuk bepergian dari Nanga Mahap menuju daerah sekitarnya menggunakan rakit.
Banjir tersebut disebabkan hujan lebat di wilayah perhuluan Nanga Mahap sehingga Sungai Sekadau dan Mahap meluap. Hal itu diperparah di perhuluan sudah banyak alih fungsi lahan untuk perkebunan. Ada pula pertambangan emas ilegal. Dalam tahun ini, banjir di daerah Sekadau sudah terjadi dua kali. Beberapa tahun terakhir banjir semakin sering terjadi.
Di hulu sudah banyak alih fungsi lahan untuk perkebunan.
”Daerah aliran sungai juga rusak dan mendangkal akibat adanya material dari hulu akibat pertambangan ilegal dan pembukaan hutan di perhuluan. Sungai sudah tidak bisa lagi menampung debit air dari perhuluan. Sementara itu, hutan di hulu sungai juga tidak bisa lagi menahan air,” ujar Akhmat.
BPBD Sekadau terus bersiaga dengan berkoordinasi dengan tim desa tangguh bencana yang sudah ada di daerah itu. BPBD sudah mengirim perahu karet untuk keperluan evakuasi. Jika kondisi semakin buruk, berbagai antisipasi sudah disiapkan.
Berdasarkan catatan Kompas, Kalbar semakin rawan banjir. Selain Sekadau, daerah-daerah lain yang rawan banjir adalah Kabupaten Sintang, Melawi, Kapuas Hulu, dan Ketapang. Banjir sudah beberapa kali terjadi dalam tahun ini di daerah itu. Bahkan, di Ketapang, beberapa bulan lalu banjir bandang sampai menghanyutkan rumah warga.
Seringnya bencana banjir di Kalbar selain disebabkan alih fungsi lahan di hulu sungai juga karena DAS mulai kritis. Berdasarkan data dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalbar, kondisi 70 persen dari sekitar 10 juta hektar DAS di Kalbar kritis akibat tambang dan perkebunan sawit. Air sungai sebagai sumber air bersih, perikanan, dan transportasi kini tercemar berbagai limbah.
Kepala Dinas Kehutanan Kalbar Marius Marcellus dalam pertemuan Forum Daerah Aliran Sungai, Selasa pagi, mengatakan, kualitas DAS di Kalbar menurun karena berbagai aktivitas di hulu terkait pembukaan lahan. Kualitas DAS yang menurun membuat daerah yang semula jarang terjadi banjir menjadi sering banjir.
Pemerintah serius dalam merespons dampak yang ditimbulkan akibat kerusakan pada DAS. Maka, pada Selasa pagi, Dinas Kehutanan Kalbar mengumpulkan pemangku kebijakan dari kabupaten/kota di Kalbar untuk membahas rehabilitasi DAS di Kalbar.
Marcellus menuturkan, selama ini sebetulnya sudah ada kebijakan rehabilitasi DAS, tetapi perlu dievaluasi lagi. Melalui pertemuan itu, pemerintah ingin meningkatkan sinergi antarinstitusi yang memiliki kewenangan terhadap permasalahan DAS.