logo Kompas.id
NusantaraGempa Landa Lembata, 671 Warga...
Iklan

Gempa Landa Lembata, 671 Warga Diungsikan

Oleh
· 4 menit baca

LEWOLEBA, KOMPAS — Sedikitnya tiga kali gempa melanda Lembata, Nusa Tenggara Timur, pada Selasa (10/10). Akibatnya, sekitar 254 unit rumah rusak dan jalan desa pun terputus. Bahkan, 671 warga diungsikan. Kerusakan terparah terjadi di Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur. Kedua wilayah ini berada di bawah kaki dan lereng Gunung Ile Ape atau Gunung Lewotolok.Kepala Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang, Hasanudin di Kupang, Selasa, mengatakan, gempa pertama terjadi pada pukul 00.53 Wita berkekuatan 4,5 SR dengan pusat gempa di darat, sekitar 20 km arah barat laut Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata. Pada pukul 02.19 Wita terjadi gempa 4,3 SR dan 4,6 SR; dengan pusat gempa 11 km arah barat laut Lewoleba.Setelah itu terjadi lagi gempa lebih besar yakni 4,9 SR pada pukul 06.23 Wita, dengan pusat gempa di darat, 23 km arah barat laut Lewoleba, pada koordinat 8.26 LS dan 123.47 BT dengan kedalaman 10 km. Getaran gempa dirasakan hingga di Pulau Adonara, Solor, dan Larantuka, Pulau Flores. "Ini merupakan gempa dangkal akibat aktivitas sesar lokal. Belum dapat disimpulkan gempa ini memiliki hubungan dengan peningkatan aktivitas gunung Ile Ape. Namun, dalam dua hari terakhir terjadi gempa secara beruntun dengan jenjang waktu berbeda di Lembata dan sekitarnya," kata Hasanudin.Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday mengatakan, Gunung Ile Ape dengan ketinggian 1.423 meter dari permukaan laut (mdpl) itu merupakan gunung yang tak punya hutan, apalagi pohon. Di punggung dan lereng gunung hanya berupa batu wadas diselengi pasir dan tanah di beberapa titik. "Saat terjadi guncangan akibat gempa tektonik, material itu berjatuhan dari arah gunung menimpa permukiman dan ladang milik warga sekitar," kata Langoday.671 warga diungsikan di kantor Camat Ile Ape, kantor Camat Ile Ape Timur, dan rumah dinas Bupati Lembata. Rumah rusak 254 unit, tersebar di Ile Ape 241 unit, dan Ile Ape Timur 13 unit. Diduga masih banyak yang belum terdata.Sementara longsor terjadi pada ruas jalan menghubungkan Desa Lama Gute dan Desa Wai Mata, Kecamatan Ile Ape. Akses dari dan ke dua desa itu putus total. Kini, warga bersama TNI dan Polri berusaha membangun jalan alternatif.Kepala BPBD Lembata Rolly Betekeneng mengatakan, pemda bersama TNI/Polri juga tengah berjuang menyingkirkan material longsor. Pemda juga telah menyuplai bahan makanan, tenda, sabun, dan air bersih. Segera dibangun posko kesehatan."Jika dalam beberapa hari ke depan tidak terjadi gempa, pengungsi boleh pulang ke kediaman masing-masing. Namun, perlu ada kajian dari BMKG terkait aktivitas gunung Ile Ape. Kepastian tentang status gunung itu sangat penting bagi masyarakat Lembata," ujar Rolly. Pengungsi SinabungDi Sumatera Utara, pemerintah menargetkan delapan posko pengungsi erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo ditutup akhir tahun ini. Sebanyak 2.117 keluarga pengungsi akan mendapatkan sewa rumah dan sewa lahan senilai Rp 6,4 juta per tahun. Pemberian uang sewa dan lahan akan diteruskan hingga mereka mendapatkan relokasi atau status gunung turun sehingga mereka bisa pulang. Dari dana Rp 6,4 juta itu, sebanyak Rp 4,2 juta di antaranya untuk sewa rumah dan Rp 2,2 juta untuk sewa lahan. "Saat ini kami masih melengkapi administrasi proses pencairan dana para pengungsi," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanail Perangin-angin di Kabanjahe, Selasa. Sebanyak 2.177 keluarga itu terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah warga Desa Sukanalu, Mardinding, Sigarang-garang, dan Dusun Lau Kawar yang merupakan warga yang rumahnya harus direlokasi dan masuk dalam program relokasi tahap III. Sebagian lagi adalah warga lima desa, yakni Tiga Pancur, Pintu Besi, Jeraya, Kutagugung, Kutatengah, yang akan dikembalikan ke rumahnya saat status gunung sudah turun. "Semua posko pengungsian akan ditutup hingga Desember 2017. Pengungsi sudah terlalu lama di pengungsian," kata Natanail memberi alasan penutupan posko. Para pengungsi sudah lebih dua tahun berada di pengungsian dan sudah tujuh tahun terus keluar-masuk pengungsian sehingga kehidupan mereka berantakan. (KOR/WSI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000