Tiga Seniman Bali Menari dengan Topeng Koleksi Museum Bali
Oleh
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Tiga seniman andal, yakni I Made Bandem, I Wayan Dibia, dan I Ketut Kodi, menarikan sejumlah topeng klasik yang merupakan koleksi Museum Bali di balai terbuka Museum Bali, Denpasar, Bali, Rabu (11/10). Pergelaran topeng-topeng kuno koleksi Museum Bali tersebut bertujuan mengenalkan kekayaan seni dan budaya Bali yang tersimpan di Museum Bali dan sekaligus berbagi ilmu tentang tradisi topeng Bali.
Ketiga seniman topeng itu memperagakan berbagai gerak tari sesuai topeng yang mereka pakai saat mengisi acara ”Workshop dan Demonstrasi Topeng Koleksi Museum Bali” dalam kegiatan Bali Mandara Nawanatya 2017. Meski tidak secara penuh ditarikan, topeng yang ditampilkan Bandem, Dibia, dan Kodi dengan iringan gamelan dari Seka (Kelompok) Gong Gurnita Praja Sasmitha Pemerintah Provinsi Bali itu tetap menarik.
Topeng-topeng klasik koleksi Museum Bali merupakan karya para seniman topeng Bali pada tahun 1940-an. Bahkan, ada koleksi topeng yang berumur lebih tua yang dihidupkan kembali oleh ketiga seniman topeng dari Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, dalam pementasan yang masing-masing berdurasi 5-10 menit. Ketiga seniman itu menunjukkan setiap topeng unik dan memiliki gerak tari yang mencirikan karakter dari topeng itu.
”Kami ingin menampilkan keberagaman koleksi museum yang dapat diangkat menjadi ikon museum,” kata Bandem, seniman sekaligus akademisi yang dijuluki ”Joe Papp dari Bali” ketika memberikan pengantar kegiatan lokakarya dan demonstrasi tari topeng.
Bandem menyebutkan, Museum Bali, yang pembangunannya dimulai 1910 hingga 1930 pada masa pemerintahan Belanda di Bali, memiliki 386 topeng. Koleksi topeng di Museum Bali berasal mulai abad ke-18 Masehi. Secara keseluruhan, Museum Bali sebagai museum etnografi memiliki koleksi lebih dari 14.600 benda.
Dibia mengatakan, penari topeng yang baik harus mengenal karakter topeng yang akan dipakainya. Penari topeng harus mampu beradaptasi dengan setiap jenis topeng sehingga memunculkan taksu atau wibawa dari topeng. Dibia kemudian memperagakan tari topeng Barong, tari topeng Jauk, dan tari topeng Wayang Wong.
Senada Dibia, Kodi, yang merupakan pembuat topeng sekaligus penari topeng, menyatakan, topeng adalah cerminan karakter sehingga penari topeng yang baik harus tunduk pada karakter topeng yang ditarikannya. ”Inilah filsafat moral seperti ajaran Tat Twam Asi, dia adalah kamu dan aku adalah dia,” ujar Kodi yang selanjutnya menarikan topeng Tua dan topeng Bondres.
Bandem menari topeng setelah Dibia dan Kodi. Bandem menarikan topeng Dalem.
Dalam diskusi, Bandem berharap, Pemerintah Provinsi Bali memberikan perhatian yang serius terhadap benda-benda koleksi museum, di antaranya, menempatkan kurator di Museum Bali dan membuatkan penjelasan detail untuk setiap koleksi museum sehingga mengoptimalkan fungsi museum sebagai wahana edukasi.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha menyebutkan, lokakarya dan demonstrasi topeng koleksi Museum Bali bertujuan mengenalkan koleksi museum ke masyarakat di Bali sehingga masyarakat tertarik ke Museum Bali. Kegiatan itu juga dinyatakan bertujuan menumbuhkembangkan kebanggaan masyarakat Bali dan menguatkan karakter generasi muda di Bali. (COK)