JAMBI, KOMPAS — Sejak dicanangkan tahun lalu, gerakan masyarakat sehat atau germas belum berjalan maksimal di sejumlah daerah. Pada tingkat lokal, kesadaran masyarakat masih lemah untuk mendorong perilaku dan cara hidup sehat.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi (Unja), M Ridwan, dalam diskusi germas di Jambi yang digelar Kementerian Kesehatan, Kamis (12/10), mengatakan, program germas umumnya masih sebatas impian. Belum ada upaya serius untuk menyadarkan masyarakat.
Ia mengingatkan perlunya memasukkan materi kampanye hidup sehat di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Perlu juga dikerahkan tenaga pendamping di desa-desa. Saat ini, pihaknya mulai menggalakkan mahasiswa Unja terjun ke desa untuk mendata profil kesehatan masyarakat dan membangun germas di tingkat kader ataupun anak-anak.
Ketua Yayasan Kesehatan Indonesia Raya (Kesira) Maulana mengatakan, germas harus digalakkan dari tingkat akar rumput. Saat ini, pihaknya mengaktifkan 600 relawan kesehatan yang kebanyakan dari kalangan ibu rumah tangga. Dari merekalah, materi-materi bermuatan hidup sehat diperluas ke masyarakat. ”Mereka dilatih tiga kali, lalu disebar, ternyata langsung berjalan,” katanya.
Germas merupakan program bersama antarkementerian yang mencakup perubahan perilaku hidup sehat dan pencegahan dan pengendalian penyakit. Setelah dicanangkan pada 15 November 2016, gerakan ini diperkuat oleh Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Germas.
Gerakan ini muncul didasari besarnya tantangan mulai dari perubahan pola penyakit dalam 30 tahun terakhir. Pada era 1990-an, penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular, seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), tuberkulosis (TBC), dan diare. Namun, sejak 2010, penyakit tidak menular, seperti stroke, jantung, dan kencing manis, memiliki persentase cukup besar. Pergeseran pola penyakit ini membebani keuangan negara dalam pembiayaan kesehatan bagi masyarakat.
Sejak 2010, penyakit tidak menular, seperti stroke, jantung, dan kencing manis, memiliki persentase cukup besar.
Evi Nilawaty dari Subdirektorat Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kementerian Kesehatan mengatakan, germas menjadi momentum bagi masyarakat untuk membudayakan kembali pola hidup sehat. Gerakan itu fokus pada memasyarakatkan tiga kegiatan utama berupa olahraga minimal 30 menit per hari, mengonsumsi buah dan sayur, serta memeriksakan kesehatan rutin minimal enam bulan sekali. ”Gerakan ini diharapkan membangkitkan rasa tanggung jawab bahwa sehat harus dimulai,” katanya.