KARANGASEM, KOMPAS — Pemantauan visual kondisi kawah di puncak Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali, menggunakan pesawat tanpa awak atau drone terus dicoba. Sebelumnya pemantauan mengalami kegagalan dan berujung pada kerusakan pesawat.
Staf ahli madya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Umar Rosadi, yang juga penanggung jawab pengoperasian drone, mengatakan, banyak kendala di lapangan. Salah satunya angin yang kerap berubah arah dalam waktu cepat.
”Hari ini kami coba lagi menerbangkan drone tipe Tawon. Semoga berhasil mendapatkan visual kondisi kawah puncak untuk memperkuat data pemantauan aktivitas vulkanik Gunung Agung,” ujar Umar, Jumat (13/10).
Untuk memperkuat pantauan visual kondisi Gunung Agung yang saat ini ditetapkan berstatus Awas atau level IV, diterjunkan pesawat tanpa awak sebab pendakian ke puncak berisiko tinggi. Ada tiga drone yang disiapkan, yakni tipe Tawon, KOAK, dan Mavic. Namun, saat uji coba hari pertama, drone Tawon hanya mampu terbang 1.000 meter dari ketinggian gunung 3.142 meter.
Dalam uji coba hari kedua diterbangkan KOAK. Namun, pesawat menabrak jembatan dan rusak sehingga tidak bisa digunakan lagi. Pada hari ketiga diterbangkan drone Tawon dengan kemampuan terbang hingga 13.000 kaki atau melampui Gunung Agung yang tingginya mencapai 10.400 kaki.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.