MALANG, KOMPAS — Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia atau OPSI tahun 2017 resmi ditutup oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammad, Jumat (13/10) sore, di Hotel Savana, Malang, Jawa Timur.
Dalam sambutannya, Hamid mendorong para finalis untuk tidak kendur dalam melakukan penelitian. Meski masih muda, penelitian yang mereka lakukan telah memberikan kontribusi untuk bangsa. OPSI 2017 diikuti 90 finalis, terdiri dari tiga kategori, yakni sains dan teknologi, metematika dan rekayasa, serta sosial dan humaniora.
”Tidak harus menunggu menjadi mahasiswa untuk melakukan penelitian. Sejak SD pun sudah boleh meneliti,” kata Hamid yang mengajak semua finalis menyebarkan kebiasaan dan budaya meneliti di sekolah masing-masing.
Menurut Hamid, OPSI telah berumur 40 tahun. Ajang ini lahir sejak 1977 dengan nama semula Lomba Penelitian Ilmiah Remaja. Baru pada tahun 1999 namanya berubah menjadi OPSI. Seiring perkembangan, setiap dekade ada beberapa penekanan. Sains dan teknologi serta bidang yang lain layak menjadi obyek penelitian.
Kepala Subdirektorat Peserta Didik Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Suharlan mengatakan, sebagai apresiasi kepada para finalis diberikan penghargaan dan beasiswa simpanan pelajar senilai Rp 3,5 juta. Setiap naskah finalis diberikan Rp 1 juta. Adapun peraih juara 1-3 mendapatkan medali emas-perunggu plus uang Rp 7 juta-Rp 5 juta.
Pemenang juga berhak mengikuti event selanjutnya yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Mereka akan diseleksi untuk mengikuti Intel Intenational Science and Engineering Fair (Intel ISEF) di Amerika pada Mei tahun depan.
Selain perlombaan, menurut Suharlan, selama OPSI juga diselenggarakan seminar untuk guru dan peserta. Ada juga seminar tentang hak kekayaan intelektual, workshop pendidikan karakter, dan workshop mengenai pentingnya peran guru dalam penelitian siswa.
Adapun para pemenang OPSI 2017 adalah sebagai berikut:
Medali emas untuk bidang Sosial dan Humaniora
”Geng Pelajar, Nglitih, dan Konstruksi Maskulinitas: Kasus Geng Raja Jalanan di SMA Tunas Muda Yogyakarta” karya Sekarayu TD Anugraputri dan Nusaiba E Nugraha dari SMA Budi Mulia 2 DI Yogyakarta.
”Taman Berkonsep Sebagai Inovasi Pemberdayaan Taman Kota di Tangerang Selatan” karya Sheila P Wijanarko dan Felycia A Malakauseja dari SMAS Santa Laurensi Banten.
”Analisis Nilai Karakter dan Daya Serap Komik I Gusti Ngurah Rai pada Pembelajaran Sejarah” karya Gede Kusuma Rajasa dan Made Ari A dari SMAN 4 Singaraja, Bali.
Medali emas untuk bidang Matematika dan Rekayasa:
”Implementasi Internet of Things dalam Rancang Bangun Sistem Kandang Ayam Petelur Pintar dengan Aplikasi Android” karya M Luthfi dan Hariza Rahmah dari SMAN 1 Lamongan.
”Pengaplikasi Laser Distance Meter pada Rem Otomatis Sepeda Motor untuk Mengatasi Kecelakaan Lalu Lintas” oleh Ignatius Vito WPH dan Attar Husna F dari SMAN 8 Yogyakarta.
Medali emas untuk bidang Sains dan Teknologi
”Pemetaan Pantai Potensi Peneluran Penyu di Pantai Selatan DI yogyakarta” oleh Ade Muflih K dan Fadillah Nur Hasanah dari SMAN 1 Yogyakarta.
”Efikasi Jamu Pepaya Jantan dalam Pengobatan Penyakit Malaria Stadium Akhir (Tinjauan Immunoprofiling dan Mortalitas Mencit Balb/C) oleh Haidar Azzamuddin dan Riska Fajriana PR dari MAN3 Malang.
”Sintesis dan Karakterisasi Membran Komposit dari Kitosan Cangkang Rajungan-Nanosilika Sekam Padi dan Biohidrogen dari Tongkol Jagung untuk High Temperature Proton Exhance Membrane Fuel Cell” oleh Della Angelina dan Yessica Chelsea H dari SMAS Gembala Baik Pontianak, Kalimantan Barat.
”APEKSI (Alat Pendeteksi Sapi Birahi)” oleh I Dewa Gede Wicaksana P dan Yuan Dwi Kurniawan dari SMAN Bali Mandara, Bali.