logo Kompas.id
NusantaraSinabung Meletus Tiga Kali Per...
Iklan

Sinabung Meletus Tiga Kali Per Hari

Oleh
· 3 menit baca

KABANJAHE, KOMPAS — Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, belum memberi tanda-tanda penurunan aktivitas. Sepekan terakhir, setiap hari gunung ini erupsi sebanyak tiga kali. Tinggi kolom abu berkisar 500 meter hingga 3.200 meter. Status gunung masih Awas. Kamis (12/10) Sinabung erupsi pada pukul 02.45. Kolom abu pun mencapai 2.000 meter. Muncul lagi awan panas guguran sepanjang 1.500 ke arah selatan dan 2.000 meter arah tenggara. Pengamat Gunung Api Sinabung, Derry Al Hidayat, mengatakan, setiap hari rata-rata gempa guguran mencapai 59 kali, gempa hibrida 10 kali, gempa low frekuensi 21 kali, dan gempa vulkanik dua kali. "Ini menunjukkan aktivitas Sinabung masih tinggi," ujarnya. Volume kubah lava masih 1,63 juta meter kubik per 17 September yang sewaktu-waktu bisa runtuh menimbulkan awan panas guguran. Sementara lidah lava mencapai 70 juta meter kubik, tetapi posisinya sudah solid. Sementara potensi banjir lahar masih tinggi karena banyaknya material guguran yang tersebar di lereng, terutama di sisi selatan dan tenggara.Terkait penutupan posko pengungsian yang ditargetkan akhir tahun ini, hingga kemarin, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo masih memverifikasi data pengungsi. Saat ini verifikasi dilakukan di tiga desa, yakni Sukanalu, Kutagungung, dan Sigarang-garang. Harus dipatuhiHingga kemarin, Badan Nasional Penanggulangan Bencana memperkirakan, jumlahnya warga yang masuk ke zona rawan Gunung Agung mencapai 1.200 orang. I Nyoman Sukarta (45), pengungsi asal Dusun Tihingan, Desa Bebandem, mengatakan, setiap hari pulang ke rumah memberi pakan tiga sapinya. Dia pergi setiap pukul 06.00 Wita dan kembali ke pengungsian siang hari. "Saya tidak tahu ada fasilitas angkut sapi dari pemerintah. Di desa juga masih ramai warga beri pakan sapi dan babi," kata Sukarta di Pasar Seni Manggis, Desa Manggis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Kamis.Hal serupa juga dilakukan I Gusti Gede Suasa (75), warga Desa Padangaji, Kecamatan Selat. Meski di pintu masuk desanya sudah dipasang papan larangan, warga nekat menerobos. Mereka pulang dengan alasan membersihkan rumah dan memberi pakan ternak. I Nengah Sriarta, Koordinator Pos Pengungsian Lapangan Tembak, Desa Paksebali, mengatakan, mayoritas pengungsi pergi tanpa kabar. Padahal, menurut aturan, setiap pengungsi yang meninggalkan posko harus melaporkan tujuan dan alasan kepergian. Itu diperlukan untuk mendata mobilitas pengungsi agar mudah mendapat bantuan. "Kita (petugas dari desa penerima) tidak punya wewenang mengizinkan atau menolak," kata Sriarta.Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum mengubah rekomendasinya tentang zona rawan. Alasannya, Gunung Agung masih berstatus Awas. Zona rawan itu berada dalam radius 9 kilometer dan perluasan sektoral ke arah Utara-Timur Laut dan Tenggara-Selatan-Barat Daya sejauh 12 km. "Berdasarkan data seismik, deformasi dan geotermal, aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi. Pergerakan magma masih mendesak ke atas yang ditandai dengan banyaknya gempa vulkanik," ujar Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur di PVMBG Devy Kamil Syahbana.Kementerian Pariwisata menjamin kesiapan 11 titik transit wisatawan sebelum meninggalkan Bali jika Gunung Agung meletus. Tidak hanya hotel, Pelabuhan Benoa juga disiapkan menjamin kenyamanan wisatawan. "Hotel sudah pasti jadi penampungan sementara. Selain hotel, ada 11 tempat lain yang disiapkan, termasuk Pelabuhan Benoa," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya di Denpasar.Tiga desa direlokasiWarga tiga desa di Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata, NTT segera direlokasi ke tempat aman. Desa-desa ini berada di lereng Gunung Ile Ape dengan kemiringan ekstrem. Para pengungsi akibat gempa segera dipulangkan ke kampung asal. Status Gunung Ile Ape masih level 2 atau Waspada.Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday di Lewoleba, Kamis, mengatakan, di tiga desa ini setiap terjadi gempa, batu-batuan selalu berjatuhan dari puncak gunung menimpa permukiman warga, dan mengganggu aktivitas mereka. Tiga desa itu, yakni Lamagute, Waimatan, dan Lamawara. (WSI/KRN/COK/NIK/CHE/KOR)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000