Sopir Taksi Daring Tolak Penutupan
BALIKPAPAN, KOMPAS — Ratusan pengemudi taksi daring berbasis aplikasi di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (12/10), menggelar aksi menolak penutupan aplikasi itu. Petisi mendukung jasa angkutan daring digalang dan sudah mendapat lebih dari 8.500 tanda tangan. Penutupan operasional kantor tiga perusahaan aplikasi Go-Car, Uber, dan Grab, di Balikpapan, Rabu (11/10), tidak dibiarkan tanpa perlawanan. Sekitar 300 orang yang merupakan pengemudi taksi daring bersama ojek daring berkumpul di kawasan Balikpapan Baru, kemarin."Keberadaan kami untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Kami tidak merugikan masyarakat, justru sebaliknya. Masyarakat bisa menilai pelayanan kami, dan itu adil. Seleksi alam memang harus terjadi," ujar Leo, salah satu juru bicara yang juga pengemudi taksi daring. Pemkot Balikpapan menutup kantor tiga perusahaan aplikasi taksi daring karena desakan 1.500-an pengemudi taksi konvensional dan angkot. Pemkot punya argumen karena perusahaan aplikasi ini tidak mengantongi izin angkutan.Polres Balikpapan menindak pengemudi taksi daring yang menerima order dan mengangkut penumpang. Polres mengacu pada UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mereka bisa disanksi denda Rp 250.000."Kami tidak tahu harus bagaimana menyikapi. Di satu taksi daring saja, ada 2.000 pengemudi yang itu berarti 2.000 mobil. Sebagian besar sudah bekerja penuh waktu sehingga ini bukan lagi pekerjaan sampingan. Sebagian dari mereka tentu tetap menerima order," kata Leo.Sebagian pengemudi taksi daring bahkan juga ojek daring, masih menerima order, meski sembunyi-sembunyi. "Saya dapat order menjemput orang. Kira-kira aman, enggak?" kata pengemudi perempuan sembari menyebut nama warung kopi.Dukungan terhadap transportasi berbasis aplikasi ini mulai muncul, salah satunya dalam bentuk petisi daring, "Masyarakat Balikpapan Mendukung Jasa Angkutan Online". Hanya dalam waktu dua hari, hingga Kamis malam, sudah 8.520-an yang menandatangani. Bromo (40), pengemudi ojek daring yang juga memberi dukungan, mengatakan, posisinya ikut terancam. "Saat ini, kawan-kawan pengemudi mobil yang tertekan. Tapi kami juga ikut tertekan. Ancaman-ancaman sudah kami terima. Kami harus bersatu," kata Bromo. (pra)