logo Kompas.id
NusantaraUpaya Perbaikan Harga
Iklan

Upaya Perbaikan Harga

Oleh
· 4 menit baca

PONTIANAK, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mengklaim telah melakukan sejumlah kebijakan menyelamatkan komoditas lada dari fluktuasi harga dan memulihkan harga karet. Upaya yang dilakukan memperpendek rantai pasok, membimbing petani, dan penguatan kelembagaan. Wakil Gubernur Kalimantan Barat Christiandy Sanjaya, Kamis (12/11), mengatakan, lada adalah salah satu komoditas unggulan Kalbar. Pemerintah Provinsi Kalbar bahkan menargetkan pengembangan lada hingga 50.000 hektar, meskipun realisasinya baru 8.030 hektar saat ini. Mengingat pentingnya komoditas tersebut, berbagai upaya mengatasi masalah harga selalu diupayakan pemerintah. Pemprov telah bekerja sama dengan lembaga tertentu dalam rangka pembinaan dan pemasaran hasil perkebunan lada, terutama bagaimana memperpendek rantai pasokan sehingga tidak rentan terkena permainan harga. "Hal itu dilakukan terutama kepada petani lada di perbatasan Indonesia-Malaysia, yang rentan terhadap fluktuasi harga. Mereka juga kerap menghadapi permasalahan tata niaga yang kurang berpihak kepada petani," kata Christiandy. Fluktuasi harga lada terjadi sangat mungkin dipengaruhi oleh harga lada dunia. Namun, yang bisa dilakukan Pemprov Kalbar adalah menjaga stabilitas harga di tingkat petani dengan cara penguatan kelembagaan petani. Selain itu, mendorong kemitraan antara pembeli dan petani dan mempertemukan pembeli dan petani. "Pemerintah juga selama ini telah berupaya intensif membimbing petani menjaga kualitas hasil panen lada. Intensifikasi juga dilakukan dengan pemberian bibit lada yang berkualitas demi menjaga hasil panen yang baik," kata Christiandy. Adapun pada komoditas karet dilakukan bimbingan untuk memperbaiki kualitas sadapan sehingga bisa meningkatkan harga jual. Bahkan, di beberapa daerah sudah dibentuk Unit Pengolahan Pemasaran Bokar (UPPB) bersih. Sementara ini, UPPB itu baru ada di Sanggau (dua UPPB) dan di Landak (satu UPPB). Daerah lainnya dalam proses. Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak Eddy Suratman menilai, program-program selama ini belum memperhatikan efektivitas program. Kebijakan yang dilakukan selama ini terkesan hanya untuk memenuhi penyerapan anggaran. Untuk mengatasi gejolak harga, baik lada maupun karet, pemerintah daerah perlu membentuk badan khusus di daerah yang bisa mengatur tata niaga (semacam bulog). Lembaga itu juga nanti membeli lada petani dengan harga normal, meskipun harga di pasaran sedang turun. Hal ini belum dilakukan. Selain itu, di hulu, perlu diatur jumlah produksinya. Selama ini, petani bisa dikatakan berproduksi nyaris tanpa arahan. Ini penting agar produksi tidak membanjiri pasar, sehingga tidak menekan harga. Tak kunjung membaik Sementara harga karet remah di Kalimantan Tengah, tak kunjung membaik. Harganya masih di kisaran Rp 4.000-Rp 5.000 per kilogram (kg) Banyak faktor penyebab turunnya harga termasuk kualitas karet yang buruk. Pemerintah daerah tak memiliki upaya khusus untuk merangsang harga karet lebih tinggi.Kepala Desa Gohong, Kabupaten Pulang Pisau Yanto L Adam mengatakan, harga karet tak kunjung membaik sejak April lalu. Padahal, pada awal tahun harga karet pernah mencapai Rp 10.000 per kg."Harganya paling tinggi, ya, Rp 5.000 per kg. Kami sudah sering meminta bantuan pemerintah daerah mendampingi kelompok tani agar mendapatkan kualitas karet remah yang baik," ungkap Yanto, Kamis.Yanto menambahkan, salah satu faktor yang membuat harga karet rendah adalah karena kualitas karet yang buruk. Banyak dari petani karet yang menambahkan batu atau kayu di dalam karet remah agar menambah berat sehingga menaikkan harga.Karet merupakan salah satu komoditas utama di Kalteng. Dari data Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng, luas perkebunan rakyat mencapai 620.684 hektar (ha), yakni kebun karet seluas 439.659,35 ha, kebun sawit 146.276,51 ha, dan kebun kelapa 30.431,81 hektar. Artinya, sekitar 75 persen perkebunan rakyat didominasi oleh kebun karet.Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalteng Jenta, mengatakan, fluktuasi harga karet sama seperti komoditas rotan yang ditentukan oleh mekanisme pasar global. Harga karet yang tak kunjung membaik juga disebabkan permintaan dari negara-negara tujuan ekspor menurun."Produksi tahun ini menurun karena permintaan menurun. Harga pun tak kunjung membaik," kata Jenta. (ESA/IDO)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000