BALIKPAPAN, KOMPAS -- Larangan operasional transportasi daring berbasis aplikasi di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, paling berimbas ke ojek daring. Para pengemudi ojek daring terus mengalami intimidasi dari sopir angkot, dan bahkan, ada yang sempat dipukul. Pengemudi perempuan yang kini paling waswas.
Puluhan sopir angkot sempat berkumpul di depan kantor Go-Jek Balikpapan, di Jalan MT Haryono, Rabu (18/10). Di dekat kantor itu, seseorang yang diduga pengemudi ojek daring, sempat dikepung dan ditanya dengan nada membentak. Pengemudi tersebut tidak mau mengaku sebagai pengemudi ojek daring.
Beberapa pukulan sempat mendarat di helm pengemudi lelaki tersebut. Beruntung polisi yang berjaga di kawasan ini, langsung turun tangan. Beberapa saat sesudahnya, kerumunan massa juga sempat mencegat seseorang yang mengenakan jaket (atribut) ojek daring.
Sopir-sopir angkot itu, sebelumnya mendatangi DPRD Balikpapan sebagai respons atas pernyataan salah satu anggota DPRD Balikpapan, yang kemarin sempat menyatakan, bahwa transportasi daring berbasis aplikasi silahkan beroperasi.
“Pengemudi (ojek daring) yang sempat dipukul itu sepertinya belum melapor ke kami. Kami paham, mereka (sopir angkot) emosional, namun cara-cara sweeping atau intimidasi, tidak boleh. Situasi sudah kondusif, mari kita jaga,” ujar Perwira Urusan Subbagian Humas Polres Balikpapan, Ipda Tri Ikwan.
Rika Sartika (36), perempuan pengemudi ojek daring, menyebut, ia menghindari tempat-tempat yang sekiranya tidak aman. Misalnya, mal, terminal, dan beberapa lokasi mangkal para sopir angkot. Rika tetap “narik” karena hanya inilah pekerjaannya.
“Sebagai perempuan, apa yang terjadi (intimidasi), bikin waswas. Mereka (sopir angkot), sepertinya semakin tersebar di mana-mana untuk mengawasi. Kalau saya tidak kerja, bagaimana saya makan,” ujar Rika yang hampir dua tahun ini sebagai pengemudi ojek daring. Sebelumnya ia bekerja di sebuah katering, dan di salah satu maskapai penerbangan yang sudah tutup.
Rika sempat melihat ada beberapa sopir angkot yang mengejar seorang pengendara motor di sebuah jalan di kawasan Damai, Balikpapan. "Mengejarnya pakai angkot mereka. Enggak tahu apa yang terjadi setelahnya. Saya kira pengemudi motor itu ya ojek daring," katanya.
Seorang pengemudi ojek daring yang tidak mau disebut namanya, mengutarakan, ia membatalkan beberapa order yang sekiranya rawan. “Untuk sementara, saya menghindari ambil penumpang di mal, terminal, dan ruang publik. Saya ambil yang di perumahan-perumahan saja, atau lokasi lain. Saya dan teman-teman saling berkabar,” katanya.
Pengemudi ojek daring lebih mudah terlihat gerak-geriknya. Terlebih lagi kalau celingak-celinguk, mencari alamat sembari melihat layar ponsel, atau menelepon siapa yang memberi order. Sedangkan pengemudi taksi daring masih bisa "bersembunyi" di balik gelapnya kaca jendela mobil.
Chita, warga Balikpapan, menyebut Balikpapan akan bergerak mundur jika menutup transportasi daring. “Yang sudah bagus, masa ditutup. Kami, perempuan, yang paling merasa nyaman dan aman menggunakan taksi dan ojek daring,” ujar karyawan yang juga ibu rumah tangga ini.
(PRA)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.