RS Elisabeth Dituntut Makin Berperan Melayani Kaum Lemah
Oleh
Gregorius Magnus Finesso
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sembilan puluh tahun bukan usia yang singkat bagi sebuah institusi pelayanan kesehatan. Suka-duka dan perjuangan melintasi masa demi masa menghasilkan kedewasaan. Begitu pula yang diharapkan dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Semarang, Jawa Tengah, yang merayakan ulang tahun ke-90 pada hari Rabu (18/10).
Perayaan puncak HUT RS St Elisabeth kali ini diselenggarakan dalam sebuah Misa Syukur di Hotel Patra Jasa, Semarang, yang dipimpin selebran utama Kardinal Julius Darmaatmadja SJ. Ikut mendampingi lima imam selebran. Dua di antaranya Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo dan Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko.
Misa Syukur dihadiri ratusan umat. Setelah misa syukur, dilangsungkan acara yang dimeriahkan paduan suara RS St Elisabeth dan ramah tamah.
Dalam homilinya, Kardinal Julius Darmaatmadja menuturkan, perjuangan RS St Elisabeth hingga saat ini tidak mudah. ”Ada saat-saat kritis, yaitu saat pendudukan Jepang di mana beberapa suster jadi korban dan saat masa awal kemerdekaan. Namun, semua bisa diatasi dengan keyakinan pada penyelenggaraan Ilahi,” tuturnya.
Kardinal melanjutkan, rumah sakit yang dirintis para suster ordo Fransiskan ini harus semakin menjadikan semangat pelayanan kasih sebagai bagian dari pengabdian terhadap masyarakat. Setiap pelayanan kesehatan dituntut bekerja keras. Selain itu, para dokter, tenaga medis, dan administrasi rumah sakit mesti semakin berperan dalam melayani orang-orang miskin dan tersingkir.
”Salah satunya lewat sistem BPJS. Ini memang sistem yang menyulitkan rumah sakit karena harus ada pengorbanan. Namun, sistem ini membantu orang miskin sehingga yakinlah pengorbanan akan diberi berkat melimpah dari Tuhan,” ujar Kardinal.
Sementara itu, dalam sambutannya, Mgr I Suharyo mengatakan, 90 tahun lalu, para pendiri RS St Elisabeth telah meletakkan dasar yang kokoh bagi berdiri dan berkembangnya rumah sakit ini. Maka, keluarga besar RS St Elisabeth saat ini memiliki tanggung jawab besar menjaga dan memelihara warisan mulai ini.
Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko menuturkan, pencapaian RS St Elisabeth sepenuhnya karena rahmat dan penyertaan Tuhan. ”Lewat rumah sakit ini, Tuhan ingin menyalurkan kasih-Nya kepada manusia dengan menganugerahkan hidup sehat dan bermartabat,” ujarnya.
Direktur Utama RS St Elisabeth Semarang dr E Ninsyawan mengatakan, di usia yang tidak muda ini, pihaknya semakin ditantang oleh banyaknya perubahan eksternal. Terdapat 4 tantangan utama, yakni mutu layanan, jaminan kesehatan nasional pada 2019, penguasaan teknologi, dan isu globalisasi. Tantangan itu hanya bisa diatasi oleh sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas.
Usai Misa Syukur, tamu undangan dihibur dengan paduan suara dan orkestra dari RS St Elisabeth. Selain itu, di dekat tempat misa dipamerkan juga foto-foto bangunan dan aktivitas RS St Elisabeth dari masa ke masa.
Dalam sambutannya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengapresiasi RS St Elisabeth yang kerap mendapat penghargaan di tingkat nasional. Prestasi tersebut mesti ditingkatkan dengan memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
”Menjadi lebih baik itu mudah, yaitu dengan memberikan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan masyarakat.Tetapi menjadi lebih manusiawi, dibutuhkan niat tulus dari segenap civitas hospitalia. Lebih manusiawi artinya siap memberikan pelayanan kepada sesama yang kurang mampu,” ungkapnya. Di akhir sambutannya, Ganjar berpesan, ”Tetaplah menjadi pancaran cinta yang menyembuhkan derita sesama.”