KARANGASEM, KOMPAS — Aktivitas vulkanik Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, hingga Kamis (19/10), masih tetap tinggi. Intensitas kegempaan vulkanik pada hari Kamis dari pukul 00.00 Wita hingga pukul 18.00 mencapai 699 kali. Gempa tremor non-harmonik juga kembali terekam akibat aktivitas vulkanik gunung api tersebut.
Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) Devy Kamil Syahbana di Pos Pengamatan Gunung Agung di Rendang, Karangasem, mengatakan, tingkat aktivitas vulkanik Gunung Agung masih dalam level IV atau dalam status Awas.
”Kegempaannya berfluktuasi, tetapi jumlahnya masih tinggi. Kegempaan yang tinggi merefleksikan aktivitas magma,” kata Devy.
Kamis sekitar pukul 12.41, puncak Gunung Agung dapat dilihat dari pos pengamatan di Rendang selama beberapa menit. Terlihat asap kawah berwarna putih dengan intensitas tipis berembus dari atas kawah puncak gunung itu. Setelah kemunculannya selama beberapa menit itu, puncak gunung tersebut kembali tertutup awan dan mendung.
Selain merekam intensitas gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam hingga 699 kali sejak pagi hingga sore, petugas Pos Pengamatan Gunung Agung juga merekam empat kali gempa tremor non-harmonik, yakni satu kali gempa tremor non-harmonik ketika pengamatan pagi periode pukul 00.00-06.00 dan tiga kali gempa tremor non-harmonik selama pengamatan siang hingga sore periode pukul 12.00-18.00.
Alat pemantau aktivitas vulkanik Gunung Agung juga ditambah pemasangan sensor seismograf dari Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (United States Geological Survey/USGS) di Pos Pengamatan Gunung Agung di Rendang. Penambahan sensor juga dipasang di sekitar Gunung Agung antara lain di wilayah Bangli. Penambahan peralatan pantau itu, menurut Devy, membantu pemantauan terhadap kondisi Gunung Agung.
Terkait kembali terekamnya gempa tremor non-harmonik itu, Devy menyatakan belum dapat memastikan apakah Gunung Agung tersebut akan segera erupsi. Menurut Devy, gempa tremor non-harmonik juga menandakan terjadinya pelepasan tekanan energi dari dalam gunung. ”Asap yang muncul masih berwarna putih karena masih dominan uap air,” ujarnya.