TEMANGGUNG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, berencana memperluas areal tanaman kopi sekitar 7.000 hektar. Tambahan lahan tersebut direncanakan memakai areal hutan produksi milik Perhutani.
”Di hutan-hutan di daerah pegunungan tersebut, kami berencana menambah luas tanaman kopi arabika,” ujar Bupati Temanggung M Bambang Sukarno saat ditemui di sela-sela acara Festival Kopi Temanggung Ke-3 di Gedung Pemuda, Kabupaten Temanggung, Jumat (20/10). Rencana ini akan dibicarakan dengan Perhutani.
Saat ini, di Kabupaten Temanggung, luas areal tanaman kopi robusta mencapai 11.000 hektar, sedangkan luas tanaman kopi arabika mencapai 1.800 hektar. Produktivitas dari areal tanaman kopi tersebut mencapai 5 ton biji kopi per hektar.
Perluasan lahan dilakukan untuk tanaman kopi arabika karena jenis kopi tersebut adalah kopi yang relatif disukai dan diminati banyak pelanggan. Kopi arabika Temanggung bahkan sudah kerap mengikuti berbagai ajang pameran di luar negeri dan menuai pujian dari warga asing. Salah satu ajang pameran yang diikuti adalah Speciality Coffee Association of America (SCAA) Expo di Atlanta, Amerika Serikat, April 2016.
Selain meningkatkan produksi kopi, Bambang mengatakan, upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di daerah pegunungan yang tidak memiliki lahan garapan. ”Dengan diberi kesempatan untuk menggarap lahan milik Perhutani, maka petani bisa meningkatkan pendapatan,” ujarnya.
Bambang mengatakan, produksi kopi, termasuk industri pengolahan kopi bubuk, diserahkan sepenuhnya kepada warga, terutama petani Temanggung. Pihak luar tidak diperbolehkan untuk turut terlibat di dalamnya. ”Kami menolak investor dari luar yang ingin bergerak di bidang kopi. Biarlah kopi dikuasai oleh warga kami sendiri saja,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Roaster dan Pengusaha Kopi Temanggung Ardhi Wiji Utomo mengatakan, saat ini, pihaknya tengah berupaya membentuk koperasi yang nantinya akan bergerak untuk melakukan kegiatan ekspor kopi. ”Dengan naungan nama koperasi, kami akan berupaya merintis upaya untuk melakukan ekspor sendiri tanpa melibatkan eksportir dari luar kota,” ujarnya.
Selama ini, ekspor kopi Temanggung selalu melalui eksportir dari Malang, Surabaya, Medan, Bandung, atau Semarang. Karena berada di bawah nama eksportir tersebut, nama kopi Temanggung menjadi kurang dikenal.
Padahal, menurut Ardi, setiap tahun, Temanggung mengirimkan sekitar 200.000 ton kopi ke luar negeri, di mana 80 persen di antaranya kopi robusta dan 20 persen lainnya adalah kopi arabika. Kopi dikirim dalam bentuk green beans.
Menurut Ardhi, di Kabupaten Temanggung terdapat 60 merek kopi. Saat ini, pihaknya akan berupaya melakukan persiapan, di antaranya dengan melakukan survei untuk mengetahui prosedur standar operasional untuk melaksanakan ekspor sendiri.