SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendorong konektivitas Bandar Udara Ahmad Yani di Semarang dan Adi Soemarmo di Solo dengan moda kereta api. Untuk itu, pemerintah daerah di wilayah bersangkutan wajib menyediakan lahan melalui proses pembebasan tanah.
Ketua Tim Persiapan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Sri Puryono, Sabtu (21/10) di Semarang, mengemukakan, khusus untuk akses jalur kereta api (KA) ke Bandara Adi Soemarmo, pengadaan lahan harus rampung akhir 2017. Lahan jalur KA ke bandara terpadat di Jateng itu melintasi Kota Solo, Kartosuro, dan Kabupaten Boyolali.
”Untuk pembebasan lahan sudah ada payung hukumnya, yakni Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 590/80 Tahun 2017, yang bisa menjadi pegangan pemerintah daerah setempat untuk memulai pembebasan lahan,” ujar Puryono, yang juga Sekretaris Daerah Pemprov Jateng.
Total lahan yang dibutuhkan untuk keperluan pembangunan akses jalur KA bandara di Solo, lanjut Puryono, seluas 129,5 hektar. Ada dua tujuan akses ke bandara dengan kereta. Pertama, wujud integrasi moda angkutan publik. Kedua, untuk memenuhi mobilisasi warga dan penumpang dari ataupun ke bandara sehingga tercipta sarana transportasi aman, nyaman, dan tepat waktu.
Jalur KA ke Bandara Adi Soemarmo merupakan proyek KA bandara keempat setelah proyek serupa di Yogyakarta, Jakarta, dan Medan. Pembiayaan pembangunan jalur KA itu berasal dari pusat. Proyek ini terdiri atas dua segmen, yakni koridor Stasiun Solo Balapan sampai Stasiun Solo Balapan Baru sepanjang 3,5 kilometer dan dari Stasiun Solo Balapan Baru ke Bandara Adi Soemarmo sepanjang 10 kilometer.
Jalur KA ke Bandara Adi Soemarmo merupakan proyek KA bandara keempat setelah proyek serupa di Yogyakarta, Jakarta, dan Medan.
Di Kota Solo, pengadaan lahan dilakukan di Kelurahan Kadipiro. Sementara di Boyolali tersebar di delapan desa, yakni Dibal, Donohudan, Kismoyoso, Pandeyan, Sindon, Ngesrep, Sawahan, dan Banjarsari. ”Jika pengadaan lahan sudah rampung, pembangunan jalur rel kereta api itu bisa dimulai. Jalur ini ditargetkan berfungsi pada 2019,” ujar Puryono.
Kereta Bandara Ahmad Yani
Terkait proyek jalur KA Bandara Ahmad Yani, Semarang, Puryono menyebutkan, proyeknya bakal dikerjakan setelah jalur akses KA ke Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, selesai akhir 2018.
Pengamat transportasi Unika Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno, mengemukakan, akses jalur KA Bandara Ahmad Yani sebenarnya lebih mudah dan murah. Terlebih lagi, lokasi bandara sangat dekat dengan jalur ganda KA di pantai utara.
Hanya saja, biaya pembangunannya diakui lebih mahal dibandingkan proyek jalan raya. Ia mencontohkan, pembangunan jalan beton biayanya sekitar Rp 5,1 miliar per kilometer, sebaliknya biaya rel KA bisa mencapai Rp 25 miliar per kilometer.
Namun, untuk konteks meredam kepadatan jalan raya, akses KA ke bandara tak bisa dikesampingkan. Hal ini juga diterapkan di seluruh negara maju.