CIREBON, KOMPAS — Pemerintah bersama Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia untuk pertama kali menggelar Cirebon International Furniture Expo 2017 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu hingga Minggu (22/10). Ajang itu merupakan salah satu upaya menjadikan Cirebon sebagai sentra industri rotan dunia.
Pameran yang berlangsung di lapangan Desa Tegalwangi, Kecamatan Weru, itu diikuti 32 stan furnitur rotan dan 20 stan kerajinan khas Cirebon. Produk rotan, seperti kursi, meja, ayunan, dan tas berskala ekspor, dipamerkan.
"Meski bukan daerah penghasil rotan, Cirebon mampu menjadi produsen rotan terbesar di Indonesia. Ini karena keterampilan perajin rotan Cirebon yang diwariskan turun-temurun," tutur Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra saat membuka Cirebon International Furniture Expo (CIFEX) 2017. Turut hadir Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dan Ketua Umum HIMKI Soenoto.
Sunjaya mengatakan, setiap bulan, 1.500 kontainer berisi produk rotan dikirim ke luar negeri. Sebanyak 90 persen produk rotan di Cirebon telah berorientasi ekspor. "Ini peluang agar Cirebon dapat menjadi sentra industri rotan di dunia," ujarnya.
CIFEX 2017 yang pertama kali diselenggarakan ini diharapkan menjadi wadah pertemuan pelaku industri rotan dengan pembeli. Pameran tersebut juga menyuguhkan sejumlah desain terbaru karya desainer setempat.
Sunjaya menyebutkan, CIFEX akan dijadikan sebagai agenda tahunan dan diharapkan menggaet wisatawan. Pemerintah Kabupaten Cirebon sebelumnya meluncurkan kampung wisata rotan Galmantro di Desa Tegalwangi.
Pada 2016, Bupati Cirebon juga menerbitkan Surat Edaran tentang Penggunaan Mebel dan Kerajinan Rotan di Lingkungan Pemkab Cirebon.
Panggah Susanto mengatakan, pihaknya secara khusus akan berbicara dengan Pemkab Cirebon untuk mewujudkan daerahnya sebagai basis rotan dunia. "Kami tengah berusaha, bagaimana agar rotan menjadi tuan di rumahnya sendiri. Salah satunya, mengundang investor dari luar negeri," ujarnya.
Namun, industri rotan Indonesia masih kalah dibandingkan dengan negara produsen mebel lain, seperti Vietnam. Panggah mengatakan, saat ini, nilai ekspor mebel nasional hanya 1,3 miliar dollar AS.
Jumlah itu lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian tahun 2016 dan 2015, yang masing-masing sebesar 1,6 miliar dollar AS dan 1,93 miliar dollar AS. Adapun nilai ekspor mebel Vietnam tahun 2015 mencapai 6,9 miliar dollar AS dan Malaysia 2,4 miliar dollar AS. (iki)