logo Kompas.id
NusantaraEkspor Perdanake Selandia Baru
Iklan

Ekspor Perdanake Selandia Baru

Oleh
· 3 menit baca

SLEMAN, KOMPAS — Salak hasil produksi para petani di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, diekspor ke Selandia Baru untuk kali pertama, Senin (23/10). Perluasan pasar ekspor mendesak dilakukan akibat melimpahnya hasil panen di seluruh sentra produksi salak di Indonesia.Berdasarkan data Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian, sepanjang 2017 ada 477 ton salak dari Kabupaten Sleman diekspor ke sejumlah negara, China, Hongkong, Malaysia, Thailand, Kamboja, Timor-Leste, Singapura, Australia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait.Ketua Asosiasi Petani Salak Sleman Prima Sembada, Maryono, mengatakan, jumlah ekspor itu hanya 12 persen dari produksi salak per tahun. Setiap tahun, 1.400 petani yang tergabung dalam asosiasi menghasilkan rata-rata 4.000 ton salak. Mereka menggarap 400 hektar lahan yang tersebar di tiga kecamatan di kaki Gunung Merapi, yakni Tempel, Turi, dan Pakem."Penjajakan pasar ekspor baru harus dilakukan seluas-luasnya untuk menjaga agar harga salak tidak jatuh akibat produksi melimpah," ujar Maryono di Rumah Pengemasan Salak Sleman Prima Sembada di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Sleman.Dia mengatakan, ketika panen raya, harga salak dari petani ke pengepul yang biasanya Rp 3.500-Rp 4.000 per kilogram bisa anjlok hingga Rp 1.500-Rp 2.500 per kg. Namun, harga yang dijual petani ke eksportir tetap stabil, yakni Rp 6.500-Rp 7.000 per kg.Untuk menembus pasar Selandia Baru, Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian melakukan negosiasi dengan Kementerian Industri dan Perdagangan Selandia Baru. Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Banun Harpini mengatakan, berdasarkan hasil audit lapangan, Tim Ahli Kementerian Industri Selandia Baru mengeluarkan import health standards (IHS) untuk produk salak Kabupaten Sleman per 9 Juni 2017."Hal itu menandakan, salak dari Kabupaten Sleman memenuhi persyaratan IHS. Salah satunya bebas hama dan penyakit," ujar Banun. Ekspor perdana salak Indonesia ke Selandia Baru sebanyak 100 kg melalui Bandara Internasional Adisutjipto, Yogyakarta, langsung ke Bandara Internasional Auckland, Selandia Baru. Ini untuk menguji respons awal pasar Selandia Baru.Gandrung buah eksotikDi tempat sama, Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Trevor Matheson merasa lega. Selandia Baru menjadi negara ke-30 pengimpor salak Indonesia. Saat ini pasar Selandia Baru tengah menggandrungi produk buah eksotik mancanegara."Berbagai buah eksotik laku keras di Selandia baru. Salak asal Indonesia adalah produk salak pertama yang masuk ke Selandia Baru. Saya yakin masyarakat akan menyukai. Terlebih jika tahu buah ini tumbuh di kaki gunung berapi yang aktif," ujarnya.Maryono mengatakan, asosiasi rutin melakukan ekspor ke China dan Kamboja, 1-2 ton per minggu. Sayangnya, ekspor salak belum mandiri, masih melalui eksportir. Akibatnya, harga salak yang diterima petani tak terlalu tinggi.Pihaknya pernah mencoba mengirim sendiri ke China. Namun, sampai China cukup lama, sekitar 2 minggu. Salak tiba dalam kondisi tidak segar. (DIM)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000