logo Kompas.id
NusantaraKembalikan Kejayaan Rempah di ...
Iklan

Kembalikan Kejayaan Rempah di Maluku

Oleh
· 3 menit baca

AMBON, KOMPAS — Petani meminta pemerintah membuktikan komitmen mengembalikan kejayaan rempah di Maluku seperti yang dideklarasikan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan sejumlah kepala daerah di Maluku pada awal Oktober. Pengembangan rempah harus mulai dari pembibitan hingga pemasaran.Asdi Hasim (58), petani rempah dari Desa Walang, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, yang dihubungi Senin (23/10), mengatakan, banyak tanaman pala berusia di atas 100 tahun sehingga tidak produktif. Produktivitas pala dalam 1 hektar kurang dari 500 kilogram per tahun. Jumlah itu jauh di bawah produktivitas nasional, 1,8 ton per hektar per tahun."Banyak pala merupakan peninggalan Belanda. Kami ingin tanam anakan baru, tetapi sulit dapat bibit bagus. Ada warga yang punya pembibitan, tetapi kami khawatir bibitnya kurang bagus atau dapat bibit pala jantan. Kami berharap ada pembibitan dari pemerintah atau ahli," katanya.Turunnya produktivitas pala juga dipengaruhi perubahan iklim. Hujan yang berlebihan menyebabkan buah pala yang masih muda berguguran sebelum masa panen, sembilan bulan setelah mulai berbunga. Petani kesulitan menyiasati kondisi alam itu.Kepulauan Banda menjadi penghasil pala terbanyak di Maluku. Berdasarkan data angkutan barang PT Pelayaran Nasional Indonesia Subcabang Banda Naira, tahun 2015 pala yang dibawa dari Banda 582 ton dan tahun 2016 sebanyak 412 ton. Pala itu diekspor ke China serta sejumlah negara Eropa dan Timur Tengah. Tumbuh di atas tanah vulkanik, kualitas pala Banda dikenal jauh sebelum era kolonial. Pedagang Eropa yang pertama kali sampai di Banda berasal dari Portugis di bawah pimpinan Antonio de Abreu dan Francisco Serrao. Sebelumnya, sudah ada pedagang Arab, India, dan China yang berdagang di Banda.Asdi mengatakan, petani pala terpukul dengan harga yang anjlok di bawah Rp 60.000 per kilogram. Harga itu terendah sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1998. Awal tahun 2000 harga pala melampaui Rp 150.000 per kg. "Istri saya memanfaatkan daging buah pala untuk membuat sirup dan manisan pala. Kalau berharap dari biji pala saja susah," katanya. Imel Bremer (37), petani asal Desa Loki, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat, mengatakan, harga cengkeh juga anjlok dari Rp 190.000 per kg pada 2000 menjadi Rp 80.000 per kg dalam satu bulan terakhir. "Harga pala dan cengkeh turun terus. Namun, karena kebutuhan, petani tetap jual. Pemerintah diharapkan bisa membantu pemasaran," ujarnya.Perjanjian Breda Selain deklarasi mengembalikan kejayaan rempah, tahun ini juga bertepatan dengan peringatan 350 tahun Perjanjian Breda yang berisi pertukaran Pulau Run di Kepulauan Banda dengan Pulau Manhattan di New York, Amerika Serikat. Pulau Run diserahkan Inggris kepada Belanda dan sebaliknya Belanda menyerahkan Manhattan ke Inggris.Kepala Bidang Humas Pemerintah Provinsi Maluku Bobby Palapia mengatakan, hingga Senin, Duta Besar AS di Jakarta Joseph Donovan Jr serta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengunjungi Banda Naira, termasuk mengikuti upacara peringatan Perjanjian Breda di Pulau Run, Minggu. Deklarasi dan peringatan atas Perjanjian Breda menjadi momentum mengembalikan kejayaan rempah di Maluku. Tahun ini anggaran Rp 100 miliar diberikan pemerintah pusat untuk Maluku guna mengembalikan kejayaan rempah itu. "Dinas pertanian dan pihak terkait sedang mencari format terbaik melaksanakan program itu," kata Bobby. (FRN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000