Status Awas Gunung Agung Jadi Perhatian Peneliti Vulkanologi Asing
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·2 menit baca
KARANGASEM, KOMPAS — Status Awas Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali, telah berusia sebulan sejak ditetapkan 22 September pukul 20.30 Wita hingga Senin (23/10). Selama itu pula sejumlah peneliti asing di antaranya datang dari Amerika Serikat, Singapura, dan Jepang untuk mempelajari Gunung Agung.
Para peneliti asing juga berkomunikasi dengan para ahli di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Pos Pemantauan Gunung Agung, Kecamatan Rendang, Karangasem.
Kepala Subbidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana mengatakan, pihaknya mengapresiasi perhatian para peneliti vulkanologi dari sejumlah negara dunia. ”Ini adalah hal wajar dan istimewa bagi para peneliti kegunungan di seluruh dunia. Gunung Agung ini memang istimewa karena ternyata memiliki karakteristik berbeda dengan seluruh gunung berapi di dunia,” ujar Devy, Senin kemarin, di pos pemantauan.
Devy menjelaskan, para peneliti tersebut berkeinginan bergabung dan berdiskusi mengenai perkembangan Gunung Agung hingga status Awas ini. Keistimewaan tersebut tercatat dari data visual, seismik, kegempaan, deformasi, sampai geokimia. Terlebih lagi, Gunung Agung dianggap telah ”tertidur” selama 54 tahun.
Hanya, lanjut Devy, pihaknya tidak dapat membantu secara maksimal dan meminta peneliti tidak perlu datang berbondong-bondong ke Bali. ”Para ahli PVMBG tengah bertugas serius mengamati perkembangan Gunung Agung. Pengamatan yang dilakukan tidak boleh diganggu berlebihan dengan kedatangan para peneliti asing tersebut. Ada kekhawatiran memecah konsentrasi para petugas PVBMG di pos pemantauan ini,” katanya.
Karena itu, pihaknya kemudian hanya melayani pertanyaan dan dukungan data kepada mereka melalui surat elektronik. Walau demikian, ada beberapa orang dari peneliti The United States Geological Survey (USGS), Amerika Serikat, yang datang di pos pemantauan Rendang. Devy menjelaskan instansi peneliti tersebut memiliki kerja sama (MOU) dengan PVMBG sejak 2012 untuk pemasangan beberapa peralatan di Gunung Agung.
Berdasarkan data kegempaan periode pukul 12.00-18.00 Wita, Senin kemarin, tercatat satu kali tremor nonharmonik berdurasi 410 detik atau sekitar tujuh menit dengan jumlah 62 kali (gempa dangkal, dalam, dan tektonik lokal). Pada periode sebelumnya pukul 06.00-12.00 Wita, kegempaan yang tercatat hanya 38 kali, 13 kali gempa vulkani dangkal, dan 25 vulkanik dalam.
Warga pengungsian mendesak pemerintah segera memiliki solusi sementara untuk mengatasi persoalan pekerjaan, seperti pertanian, peternakan. Wayan Tunas (60), warga Selat, berharap ada sejumlah relokasi sehingga pengungsi tidak bosan dan tergiur untuk kembali pulang ke rumah mereka yang berada di zona berbahaya.