logo Kompas.id
Nusantara32 Longsor Terjadi di...
Iklan

32 Longsor Terjadi di Banjarnegara

Oleh
· 3 menit baca

BANJARNEGARA, KOMPAS — Bencana tanah longsor dan tanah bergerak terjadi 32 kali di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, sepanjang Oktober 2017. Selain karena tanah yang labil, curah hujan tinggi menjadi pemicu. Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah menyiagakan personel untuk penanganan reaksi cepat."Posko siaga darurat tanah longsor berjaga 24 jam selama 7 hari untuk memberi penanganan segera terhadap bencana. Ada 7 personel disiagakan di posko setiap hari," kata Kepala BPBD Kabupaten Banjarnegara Arif Rachman, Kamis (2/11), saat dihubungi dari Purwokerto.Menurut Arif, Kabupaten Banjarnegara menetapkan status siaga darurat, 18 Oktober 2017-15 Januari 2018. "Penetapan status ini berdasarkan informasi dari BMKG. Diprediksi bahwa curah hujan meningkat Oktober-Desember," katanya.Hampir seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah rawan longsor karena berbukit dan pola tanam yang tidak memperhatikan lingkungan. Arif mengimbau warga agar waspada dan berkoordinasi dengan kepala desa dan camat jika terjadi bencana. Arif menyatakan, ada delapan alat peringatan dini tanah longsor dipasang di Kecamatan Wanayasa (3 unit), Punggelan (2 unit), Kalibening (1 unit), Karangkobar (1 unit), dan Banjarmangu (1 unit). "November ini kami akan memasang satu EWS (early warning system) di Desa Suwidak, Kecamatan Wanayasa," katanya.Longsor antara lain terjadi di Kecamatan Banjarmangu, Pagedongan, Pandanarum, Pejawaran, dan Purwanegara.Di Kabupaten Banyumas, tim BPBD juga bersiaga dan mengimbau warga untuk waspada terhadap bencana tanah longsor. "Wilayah yang rawan longsor di Banyumas di Kecamatan Purwojati, Cilongok, dan Gumelar. Selain itu, wilayah Tambak dan Sumpiuh rawan banjir," kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Banyumas Suyanto. Kesadaran meningkatKesadaran mitigasi bencana warga di kawasan rawan longsor di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, Jawa Barat, semakin tumbuh. Langkah mitigasi dilakukan mulai dari aktif mengamati rekahan di tebing, memasang papan peringatan di lokasi rawan longsor, hingga menutup jalan di sekitar tebing saat hujan deras.Warga di Desa Nyalindung, Cipatat, Bandung Barat, misalnya, mulai giat mengamati kondisi tebing di sekitar rumahnya. Longsor pada November tahun lalu membuat mereka makin waspada saat masuk musim hujan.Saat itu, tebing setinggi 30 meter longsor dan mengancam 27 rumah di sekitarnya. Sejumlah 98 warga harus mengungsi. Mereka sempat panik karena longsor terjadi pada malam hari."Sekarang harus lebih siap menghadapi bencana. Jika ada tanda seperti rekahan, harus bersiap mengungsi," ujar Herman (55), warga setempat, Kamis.Mitigasi dengan cara memasang rambu-rambu rawan longsor dilakukan warga Desa Cikahuripan, Bandung Barat. Rambu itu penting karena daerah itu akses menuju kawasan wisata Lembang.November 2016, sebuah mobil yang melintasi Jalan Kolonel Masturi tertimbun longsor dan jatuh ke jurang. Akibatnya, empat penumpang tewas.Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani mengatakan, tingginya curah hujan dan kontur tanah yang bertebing membuat sejumlah wilayah di Jabar rawan terjadi gerakan tanah dan longsor. (DKA/TAM)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000