SENTANI, KOMPAS — Sebanyak 3.000 warga yang bermukim di lima kampung di Distrik Ebungfao, Kabupaten Jayapura, Papua, mengalami kesulitan air bersih selama satu dekade terakhir. Akibatnya, warga terpaksa menggunakan air hujan dan air dari Danau Sentani.
Kepala Puskesmas Distrik Ebungfao Ernisaria Purba di Sentani, Kabupaten Jayapura, Jumat (3/11), mengatakan, lima kampung yang mengalami kesulitan air bersih adalah Babrongko, Abar, Khameyaka, Ebungfau, dan Simporo.
”Apabila tak ada air hujan, warga memakai air dari Danau Sentani yang tidak layak karena diduga telah terkontaminasi. Akibatnya, mereka sering menderita penyakit kulit, seperti jamur dan penyakit cacingan,” kata Ernisaria.
Ia mengatakan, pelayanan kesehatan di Puskesmas Ebungfao juga turut terganggu apabila tak ada air bersih.
”Puskesmas ini telah berada di Ebungfao sejak tahun 2009. Apabila tak ada air bersih, kami kesulitan untuk memberikan pelayanan kesehatan. Sebab, air dari Danau Sentani juga tak layak untuk digunakan, misalnya untuk mencuci tangan,” kata Ernisaria.
Ernisaria mengungkapkan, pihaknya bersama jajaran pimpinan kantor Distrik Ebungfao telah berulang kali menyampaikan masalah ini dalam kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) di tingkat kabupaten. Namun, masalah minimnya air bersih di Ebungfao belum terselesaikan hingga kini.
”Dalam Musrenbang kami telah memaparkan masalah ini. Namun, mereka menyampaikan bahwa di Ebungfao tak ada air bersih karena berada di daerah pegunungan,” ujarnya.
Anggota DPR Komisi IX, Robert Rouw, dalam kunjungannya ke Ebungfao mengatakan, pemerintah daerah setempat harus segera menindaklanjuti masalah tidak adanya air bersih. Sebab, hal tersebut sangat penting untuk pelayanan kesehatan dan kebutuhan sehari-hari warga.
”Salah satu fungsi kami adalah pengawasan program pemerintah di tengah masyarakat. Ketiadaan air bersih di Ebungfao harus segera ditangani karena berkaitan dengan kesehatan warga setempat,” katanya.