logo Kompas.id
NusantaraPemkab Purbalingga Dorong...
Iklan

Pemkab Purbalingga Dorong Pelestarian Jamu Gendong

Oleh
· 2 menit baca

PURBALINGGA, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Purbalingga dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto mendorong pelestarian jamu gendong sebagai ramuan herbal tradisional Indonesia yang khas dan bermanfaat bagi kesehatan. Pelatihan kepada pembuat jamu serta promosi kepada mahasiswa asing pun dilakukan."Di Purbalingga terdapat dua sentra jamu gendong. Di Desa Purbalingga Kidul, 45 pembuat jamu dan di Desa Beji, ada 80 pembuat jamu," kata Kepala Seksi Pengembangan Kewirausahaan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Purbalingga Adi Purwanto, Jumat (3/11), di sela-sela kunjungan mahasiswa asing program Summer Course Universitas Muhammadiyah Purwokerto ke Desa Beji, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga.Adanya sejumlah pelatihan manajemen dan pendampingan pembuatan jamu tradisional agar usaha para pembuat jamu dapat dilestarikan. Pelatihan juga diberikan kepada anak-anak muda karena usia para pembuat jamu saat ini kebanyakan sudah tua. "Usia pembuat jamu berkisar 45 tahun ke atas. Diperlukan regenerasi agar jamu ini tetap lestari," ujarnya. Dana pelatihan khusus bagi pembuat jamu dianggarkan Rp 20 juta sampai Rp 30 juta per tahun.Pemkab juga mendorong para pembuat jamu ini untuk meracik jamu serbuk dalam kemasan agar dapat dipasarkan dengan mudah. Namun, pembuat jamu tradisional di kedua desa tersebut masih tetap berorientasi pada pelanggan setia di desa-desayang lebih memilih mengonsumsi jamu siap minum. "Para pembuat jamu ini sudah memiliki segmen konsumen tersendiri," katanyaOleh karena itu, pihaknya juga menyediakan stan khusus untuk jamu di sejumlah tempat wisata di Purbalingga, seperti di Taman Reptil Sanggaluri dan Owabong. "Di tempat ini, pembuat jamu dapat memasarkan produknya dan pengunjung serta wisatawan dapat menikmati langsung jamu gendong tradisional," ujar Adi.Menurut Ketua Kelompok Jamu Gendong Sehat Segar Desa Beji Ruswati, produksi jamu gendong di desanya dilakukan para ibu rumah tangga. Setiap hari, mereka mendistribusikan jamunya ke 11 kecamatan di Purbalingga. Setiap pembuat jamu dapat membuat 13-15 liter jamu beraneka jenis, mulai dari beras kencur, kunyit asem, cabai puyang, empu kunyit, dan sirih. "Setiap pagi ada angkutan terbuka yang membawa ibu-ibu ke beberapa kecamatan. Sesampainya di lokasi mereka menjualnya dengan cara menggendong jamu dan berkeliling dari rumah ke rumah," kata Ruswati. Setiap penjual jamu memperoleh Rp 200.000-Rp 300.000 per hari dengan laba bersih Rp 50.000. Koordinator Summer Course Indonesian Traditional (Herbal) Medicine and Cosmetics Universitas Muhammadiyah Purwokerto Novi Haryanti menyampaikan, program bagi 12 mahasiswa asing ini digelar untuk mengenalkan jamu tradisional. (DKA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000