BI Berikan Kelotok untuk Penuhi Kebutuhan Pendidikan
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Perwakilan Bank Indonesia di Kalimantan Tengah memberikan bantuan perahu mesin, atau dikenal dengan sebutan kelotok, kepada SMA Negeri 8 Palangkaraya, Selasa (7/11). Hal itu dilakukan karena kebutuhan transportasi peserta didik ke sekolah yang hanya bisa ditembus melalui sungai dan kanal.
Bantuan tersebut diberikan tidak hanya karena permintaan pihak sekolah, tetapi karena kebutuhan transportasi anak-anak sekolah. Untuk anak-anak di Kelurahan Kameloh Baru, berangkat sekolah jadi satu masalah tersendiri karena mereka harus melewati kanal-kanal dan Sungai Kahayan sepanjang 15 kilometer.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) di Kalimantan Tengah Wuryanto mengungkapkan, biasanya BI memberikan bantuan dan pendampingan dengan porsi yang lebih besar pada sektor ekonomi. Namun, di Kalimantan Tengah, permintaan paling besar justru dari sektor pendidikan.
”Artinya, pendidikan di Kalimantan Tengah membutuhkan perhatian lebih. Sebanyak 60 persen permintaan yang masuk ke Program Sosial Bantuan Bank Indonesia (PSBI) itu justru dari pendidikan. Ini harus dikoordinasikan dengan baik ke instansi terkait,” ujar Wuryanto di Kameloh Baru, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (7/11).
Ia menambahkan, sudah ada tiga sekolah yang dibantu BI untuk pengadaan kelotok. Sekolah-sekolah itu adalah SD Gaung Baru dan SMP 10 Panjehang yang berada di Kelurahan Rakumpit serta SMAN 8 Palangkaraya.
”Semuanya merupakan sekolah-sekolah yang kesulitan akses dan harus melalui sungai-sungai,” ucap Wuryanto.
Kepala SMAN 8 Palangkaraya Muhammad Rifani mengatakan, tak hanya peserta didik yang menggunakan kelotok ke sekolah, dirinya dan semua guru di sekolah itu pun harus melalui sungai setiap hari. Bahkan, mereka harus mengeluarkan uang Rp 10.000 untuk pergi dan pulang.
”Makanya kami bersyukur sekali dapat bantuan perahu mesin sehingga anak murid dan guru bisa ke sekolah dengan aman,” kata Rifani.
Sekolah itu hanya memiliki tujuh guru dan 39 murid dalam tiga rombongan belajar. Sekolahnya pun, lanjut Rifani, kekurangan fasilitas, perpustakaan tidak banyak buku, serta lapangan tempat bermain yang digenangi air sungai.
”Buku pelajaran kami pinjam dari sekolah yang kelebihan atau kami buat duplikatnya untuk dibagikan ke anak-anak tanpa dipungut biaya apa pun,” kata Rifani.
Kepala Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah Ahmad Syaifudi mengatakan, pihaknya sudah berupaya untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Namun, anggaran menjadi salah satu kendala.
”Seperti di Kameloh Baru, buku-buku tidak bisa terpenuhi karena dana BOS (bantuan operasional sekolah) yang diberikan sedikit. Dana BOS itu, kan, diberikan per kepala, jadi karena muridnya hanya 39, ya, anggaran mengikuti itu,” ujar Syaifudi.
Ia berharap, kepala sekolah dan komite sekolah bisa lebih kreatif dalam membangun pendidikan yang baik untuk peserta didik. ”Membuat pendidikan yang lebih baik adalah tugas kita semua, pemerintah dan masyarakat sama-sama berupaya,” lanjut Syaifudi.