SOREANG, KOMPAS – Selain tingginya curah hujan, aliran sungai yang tersumbat sampah turut menjadi penyebab utama banjir di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sampah juga menyumbat drainase sehingga air dari permukiman warga terhalang mengalir ke sungai. Akibatnya, banjir tidak mudah surut. Tiga kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang banjir sejak Rabu (8/11). Hingga Kamis, kawasan itu masih tergenang.
Berdasarkan pengamatan, Kamis (9/11), sampah menumpuk di Sungai Citarum, Cisangkuy, dan Cikapundung, yang melintasi Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang. Sampah terbawa arus sungai dan tertahan di jembatan sehingga menyebabkan air meluap ke permukiman warga.
Satu di antara lokasi tumpukan sampah berada di bawah Jembatan Cijagra, Bojongsoang, yang melintasi Sungai Cikapundung. Walaupun sudah beberapa kali dibersihkan, sampah tetap saja menumpuk di lokasi tersebut saat hujan deras sehingga membuat permukaan sungai mencapai jembatan.
Acep (46), warga Bojongsoang, mengatakan, beberapa kali warga sekitar membersihkan sampah di lokasi itu. Bahkan, sejumlah anggota TNI juga pernah mengangkut sampah di lokasi tersebut. “Warga di sini sudah capek menghadapi persoalan sampah. Kalau hari ini dibersihkan, besok muncul lagi karena sampahnya kiriman dari daerah hulu,” ujarnya.
Acep berharap, warga di daerah hulu Sungai Cikapundung, seperti di Kota Bandung, tidak membuang sampah ke sungai. Sebab, hal itu sangat merugikan warga Bojongsoang, terutama yang tinggal di dekat bantaran sungai. “Kami jadi korbannya. Bukan hanya banjir, tetapi lingkungan jadi kotor dan menjadi sumber penyakit,” ujarnya.
Tumpukan sampah juga menyumbat drainase di Andir, Kecamatan Baleendah. Akibatnya, air dari permukiman warga terhalang mengalir ke Sungai Citarum yang berada di sekitarnya.
Kondisi itu membuat air menggenangi permukiman warga sehingga sulit surut. Alhasil, banjir akan semakin parah jika hujan kembali turun di kawasan itu, atau daerah hulu, seperti Kertasari, Pangalengan, dan Majalaya.
Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang merupakan daerah terendah di cekungan Bandung. Alhasil, kawasan itu menjadi langganan banjir saat musim hujan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jabar Dicky Saromi mengatakan, sampah turut menjadi salah satu penyebab utama banjir sulit surut. Selain itu, sedimentasi sungai juga membuat daya tampungnya berkurang sehingga meluap ke permukiman warga. “Kapasitas sungai mulai menurun dan diperparah dengan sumbatan sampah. Akibatnya, air dari permukiman warga sulit untuk kembali ke sungai sehingga menjadi genangan,” ujarnya.
Untuk mempermudah evakuasi, BPBD menyiapkan sejumlah peralatan, seperti perahu dan pelampung, di dekat permukiman warga. Pihak RT dan RW juga diimbau aktif melaporkan perkembangan banjir kepada BPBD. Banjir di tiga kecamatan itu sempat surut, Rabu siang. Namun, hujan deras pada Rabu malam dan Kamis siang membuat banjir kembali naik hingga ketinggian 1,5 meter.
Banjir menggenangi lebih dari 1.500 rumah. Sebagian besar warga masih bertahan di lantai dua rumah. Banjir setinggi 30 sentimeter juga menggenangi Jalan Anggadireja. Jalan penghubung Kabupaten Bandung ke Kota Bandung tersebut masih dapat dilalui kendaraan bermotor. Akan tetapi, Jalan Andir-Katapang yang tergenang banjir setinggi satu meter tidak dapat dilalui kendaraan bermotor. Warga menggunakan perahu dan dokar untuk melintasi jalan tersebut.