Berkunjung ke Bandung lekat dengan ingatan untuk wisata belanja dan wisata alam. Namun, akhir pekan ini, berwisata ke Bandung menawarkan hal lain, yakni wisata menonton pesawat. Sebab, pada 9 November-12 November, kota berjuluk ”Kota Kembang” ini tengah menggelar Bandung Air Show.
Minggu (12/11), cuaca mendung tak mengurangi ribuan orang untuk pergi ke Landasan Udara Husein Sastranegara untuk menyaksikan hari terakhir Bandung Air Show 2017. Kemacetan sudah mengular sekitar satu kilometer hingga Jalan Pajajaran yang merupakan jalan menuju bandara.
Berhenti hingga beberapa menit, beberapa penumpang mobil memilih turun dan melanjutkan perjalanan menuju lokasi. Sampai di lokasi, beberapa lokasi kantong parkir, baik motor maupun mobil, pun sudah banyak yang penuh terisi. Demikianlah antusiasme warga untuk menyaksikan Bandung Air Show 2017.
Cukup membayar Rp 20.000 untuk dewasa/umum, pelajar Rp 15.000, dan anak-anak Rp 10.000, warga bisa menyaksikan belasan pesawat yang dipamerkan, atraksi aerobatik, dan simulasi gim menjadi pilot.
Pada acara itu dipamerkan belasan pesawat. Pesawat itu antara lain buatan SMKN 12 Bandung bernama JaBIRU, pesawat Cessna 172 SP Skyhawk, Helikopter Robinson R44, dan pesawat N250-100.
”Aku mau foto di pesawat itu,” ujar Rizky (10), merengek kepada ayahnya, Rahmat (35).
Pesawat-pesawat itu menjadi obyek berfoto warga. Selain itu, meski sudah tersedia papan penunjuk spesifikasi pesawat, warga lebih tertarik untuk menanyakan soal pesawat itu kepada penjaga pesawat yang bertugas.
Rahmat rela datang dari Purwakarta yang berjarak sekitar 70 kilometer dari Bandung untuk membawa anaknya menyaksikan pesawat-pesawat. Datang pukul 10.00 dan baru pulang pukul 16.00 sukses membuat Rizky bercita-cita menjadi pilot.
”Aku mau jadi pilot. Keren soalnya,” ujar Rizky.
Selain menampilkan pesawat, acara itu menampilkan atraksi penerbangan, seperti aksi terjun payung, terbang formasi, dan solo aerobatic. Menumpang pesawat Hercules, sekitar 10 penerjun payung melompat saat acara penutupan. Sesaat setelah mereka satu per satu mendarat di tanah, tepuk tangan dan sambutan hangat pun menyambut mereka.
Komandan Landasan Udara Husein Sastranegara Kolonel (Pnb) Iman Handojo mengatakan, acara yang bekerja sama dengan Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Bandung ini memang dimaksudkan sebagai alternatif wisata di Kota Bandung.
”Selama akhir pekan ini, acara ini turut membantu mendorong pariwisata di Kota Bandung,” ujar Iman.
Ketua Pelaksana Bandung Air Show 2017 Letkol (Adm) Pramu Subroto mengatakan, total jumlah pengunjung Bandung Air Show 2017 yang berlangsung empat hari tersebut mencapai 60.000 orang. Meski demikian, jumlah itu turun dibandingkan dengan tahun lalu yang sekitar 80.000 orang.
Selama akhir pekan ini, acara ini turut membantu mendorong pariwisata di Kota Bandung.
Penurunan itu disebabkan hujan selama empat hari sehingga membatalkan beberapa atraksi aerobatik dan menyulitkan warga datang. Sebab, acara itu berlangsung di ruang terbuka yang berlokasi di depan hanggar Lanud Husein Sastranegara. Belajar dari penyelenggaraan tahun ini, pihaknya akan mengubah bulan penyelenggaraan agar tidak bertepatan dengan musim hujan sehingga acara dapat berjalan maksimal.
Gairah
Iman Handojo menjelaskan, acara yang rutin digelar setiap dua tahun sekali ini merupakan saluran bagi masyarkat untuk merayakan teknologi dan dunia kedirgantaraan Indonesia. ”Warga bisa melihat bagaimana pesawat yang kita miliki dan awak pesawat yang terampil. Hal ini menumbuhkan kebanggaan kami,” ujar Iman.
Iman menambahkan, acara Bandung Air Show 2017 ini juga sekaligus menjaga semangat dan asa warga Indonesia akan industri kedirgantaraan. Masih ingat dalam ingatan, Agustus lalu PT Dirgantara Indonesia meluncurkan pesawat N-219 produk asli dalam negeri.
Warga bisa melihat bagaimana pesawat yang kita miliki dan awak pesawat yang terampil. Ini menumbuhkan kebanggaan kami.
Sayangnya, menurut pantauan Kompas, pesawat yang baru saja diberi nama Nurtanio oleh Presiden Joko Widodo pada Jumat (10/11) itu tidak ikut dipamerkan. Nama Nurtanio dipilih sebagai penghargaan kepada Laksamana Muda (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo, patriot dan perintis kedirgantaraan Indonesia yang gugur saat melakukan uji coba penerbangan pesawat buatannya pada 1966.
Rasa sesal tentang tidak dipamerkannya N-219 diungkapkan Seno (32), warga Jakarta, yang sengaja datang ke Bandung untuk melihat acara ini. ”Saya mau lihat pesawat baru yang katanya bikinan dalam negeri itu. Tapi, tidak apa-apa, melihat pesawat lainnya saja saya sudah ikut senang,” ujar Seno.
Seno yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta mengatakan, manufaktur pesawat merupakan bentuk kemajuan bangsa untuk melompat hingga menembus angkasa. ”Maka dari itu, saya tertarik dengan pameran pesawat,” ujar Seno.
Hal senada juga dikatakan Wali Kota Ridwan Kamil yang turut hadir dalam acara penutupan Bandung Air Show 2017. Ia mengatakan, acara ini penting untuk memberikan edukasi, hiburan, dan kebanggaan akan kedirgantaraan nasional.