logo Kompas.id
NusantaraPeternakan Terpadu Sulit...
Iklan

Peternakan Terpadu Sulit Diterapkan

Oleh
· 2 menit baca

INDRAMAYU, KOMPAS — Sistem peternakan terpadu dengan pertanian di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, dinilai masih sulit terwujud. Padahal, sebagai lumbung padi nasional, Indramayu berpotensi menjadi daerah sumber pakan ternak. Sebaliknya, kotoran ternak sapi dapat dijadikan pupuk untuk tanaman padi.Sulitnya mewujudkan sistem peternakan terintegrasi pertanian terpantau di sentra ternak sapi di Desa Majasari, Kecamatan Sliyeg, Minggu (12/11). Belasan karung berisi kompos yang berasal dari kotoran sapi hanya menumpuk di kandang. Di bagian belakang kandang terdapat penampungan kotoran dari 113 sapi yang belum diolah."Potensi kompos di sini mencapai 40 ton. Namun, kami tidak tahu mau dipasarkan ke mana. Paling yang pakai hanya beberapa anggota kelompok," ujar Ketua Kelompok Tani Tunggal Rasa, Slamet Riyadi, saat ditemui Kompas.Untuk membuat pupuk, kotoran ternak didiamkan sekitar enam bulan sebelum digiling dan dicampur, di antaranya, probiotik. Jika laku, hasil penjualan pupuk itu digunakan untuk operasional kelompok yang beranggotakan 29 orang.Slamet menuturkan, sejak dimulai 2013 dengan bantuan Kementerian Pertanian, peternakan sapi di Majasari terus berkembang dari 32 ekor hingga pernah mencapai lebih dari 200 ekor sapi. Ini menjadi potensi untuk menghasilkan pupuk organik di Indramayu. Peternak pun secara swadaya membuat saluran pembuangan kotoran sapi.Akan tetapi, dalam lima tahun terakhir, pembuatan pupuk organik tersebut masih terkendala pemasaran. "Tahun 2015, Dinas Pertanian Indramayu membeli 12 ton pupuk kami dengan harga Rp 800 per kilogram. Itu di bawah harga operasional kami, yakni Rp 1.200 sampai Rp 1.500 per kilogram. Sekarang sudah tidak ada lagi pembelian dari dinas," ujarnya.Slamet menyadari pertanian organik di Indramayu masih sangat sedikit dibandingkan dengan pertanian konvensional yang kerap menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia. Alasannya, lanjutnya, sudah belasan bahkan puluhan tahun petani bergantung pada bahan kimia. Meski demikian, pihaknya berharap, pupuk organik yang dibuat peternak bisa laku di pasaran.Di sisi lain, peternak juga mengeluhkan sulitnya mencari jerami di Indramayu. Karen (51), peternak asal Majasari, mengatakan terpaksa harus mencari jerami hingga ke Sumber, Kabupaten Cirebon, sekitar 60 kilometer dari desanya. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Indramayu Joko Pramono akan berupaya membantu pemasaran usaha peternakan sapi. Salah satunya dengan cara menggelar kontes sapi. Kontes itu bisa menjadi wadah pertemuan antara peternak dan pembeli serta pengusaha pakan ternak. Ia juga mengakui banyak jerami sisa panen maupun dedak di Indramayu yang dibawa ke Jateng. "Kami masih meneliti hal ini. Saat ini mendampingi 56 kelompok tani untuk mengupayakan peternakan terintegrasi dengan pertanian," ujar Joko. (IKI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000