UNGARAN, KOMPAS — Sepanjang 66 tahun kiprah PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk fokus memproduksi jamu berbahan herbal dinilai sebagai perusahaan yang tangguh di Tanah Air. Jamu telah mampu bertahan bahkan berkembang pesat di pusaran persaingan bisnis sarana kesehatan dan pergulatan industri farmasi.
”Sido Muncul ini menarik. Dia salah satu dari perusahaan jamu yang murni bahannya herbal. Sepanjang masa, pabrik ini terus konsisten menjaga jamu dengan bahan asli dari alam Indonesia,” kata Tito Sulistio, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), saat berkunjung ke pabrik PT Sido Muncul Tbk di Karangjati, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Kunjungan Tito ini diterima Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat, Sigit Hartoyo (Komisaris Utama PT Sido Muncul), belasan anggota Ikatan Motor Besar Indonesia (IMBI) dari sejumlah kota di Indonesia, dan beberapa wartawan dari media Perancis.
Tito mengakui, pabrik jamu ini juga tidak terlalu protect atas produksinya. Apalagi, bahan baku jamu sepenuhya berasal dari hasil pertanian tanaman obat asli dari petani di Jawa Tengah. Sebagai perusahaan yang sudah go public, pabrik jamu ini lebih banyak memanfaatkan dananya untuk memberdayakan petani kecil.
Sebagai perusahaan jamu skala internasional, PT Sido Muncul dinilai banyak melahirkan produk jamu yang asli produk Indonesia. Tidak ada produk yang menyamai di tingkat dunia, yakni seperti jamu Tolak Angin, Tolak Linu, dan jamu untuk stamina prima, Kuku Bima Energi. Jamu Tolak Angin bahkan diproduksi dalam sembilan varian rasa buah-buahan dan varian terakhirnya jamu rasa anggur.
Direktur PT Sido Muncul Tbk Irwan Hidayat mengemukakan, pabrik yang berada di Karangjati, Kabupaten Semarang, merupakan pabrik nomor empat sejak Sido Muncul berdiri 66 tahun silam. Produk jamunya juga sudah merambah pasar di Perancis dengan menggandeng salah satu agen pemasaran Mann.
”Banyak dosen dan mahasiswa asing yang studi banding ke Sido Muncul. Mereka tertarik belajar tentang obat herbal untuk menyebut jamu di sini. Obat herbal kebetulan sedang tren di luar negeri sebagai obat nonfarmasi,” ujar Irwan.