AMBON, KOMPAS — Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Maluku Brigadir Jenderal (Pol) A Rusno Prihardito mengungkapkan, ada perkampungan di Maluku yang menjadi sarang penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Sejumlah oknum warga di kampung tersebut saling melindungi, termasuk melakukan perlawanan terhadap aparat keamanan.
Kondisi itu membuat aparat keamanan sulit menjamah kampung tersebut. Banyak pengguna yang menjadi target operasi melarikan diri ke sana demi menghindar dari kejaran aparat. Oleh karena itu, perlu perencanaan matang dengan melibatkan anggota Brigade Mobil jika akan melakukan penggerebekan.
”Jadi seperti Kampung Ambon di Jakarta,” ujar Rusno dalam konferensi pers terkait pengungkapan jaringan peredaran narkoba di Maluku pada Rabu (15/11). Kampung Ambon yang dimaksud Rusno itu berkonotasi dengan kampung yang banyak dihuni penyalahguna dan pengedar narkoba.
Menurut dia, kampung tersebut sudah menjadi target BNN Maluku. BNN Maluku menangkap bandar dan tiga kurir pada 23 Oktober lalu. Sebanyak 45 paket sabu dengan bobot 1 gram per paket menjadi barang bukti.
Bandar narkoba berinisial GT (31) merupakan mantan narapidana kasus pembunuhan di Jakarta. GT pernah tinggal di Kampung Ambon di Jakarta. Setelah pulang ke Ambon, Maluku, GT merekrut tiga kurir, yakni DN (22), DK (26), dan CK (18). Mereka sudah bekerja sama selama dua tahun dan menjadi target operasi dari penyidik narkoba Kepolisian Daerah Maluku, Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, dan BNN Maluku.
Terungkapnya jaringan itu berawal dari laporan masyarakat akan terjadi transaksi narkoba di salah satu hotel di Pulau Ambon, tepatnya Desa Suli, Kabupaten Maluku Tengah. Di hotel itu, penyidik BNN Maluku menangkap GT. Setelah diperiksa, tidak ada barang bukti. Namun, diperoleh informasi bahwa barang bukti itu ada di tangan DN.
Tim lalu bergerak menuju posisi DN yang tengah berada di salah satu rumah makan di Kota Ambon. DN ditangkap bersama DK dan CK. Saat memeriksa DN, polisi mendapati 45 paket sabu yang tersimpan di dalam sebuah boks kecil. Sabu tersebut milik GT yang diberikan kepada DN untuk selanjutnya dijual melalui DK dan CK. Target mereka adalah para pelajar.
Berdasarkan pengakuan GT, sabu tersebut dikirim dari Jakarta lewat pesawat udara. Selain sabu, BNN Maluku juga menyita alat timbangan sabu, alat konsumsi sabu, tiga telepon genggam, empat sepeda motor, dan satu mobil. ”Tim harus kuat dan kompak. Keberhasilan ini karena kerja sama tim,” kata Rusno yang baru bertugas di BNN Maluku tiga bulan lalu itu.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemberantasan BNN Maluku Ajun Komisaris John Watimena menambahkan, pengungkapan jaringan itu juga didukung informasi dari seorang narapidana. BNN lalu membentuk tim untuk mendalaminya. Ia akui pula, banyak target operasi menghindar dari kejaran aparat dengan berlari ke kampung yang dimaksudkan Rusno.
”Jadi, kalau mau masuk ke kampung itu harus silent. Kalau tidak, aparat bisa jadi korban. Mereka biasanya membunyikan tiang listrik jika mengetahui ada orang baru yang datang. Mereka juga tidak segan \'berteriak pencuri\' kepada aparat yang hendak menangkap mereka. Itu cara mereka untuk memancing keributan,” kata John.