SURABAYA, KOMPAS — Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) secara resmi mencantumkan "cerita panji", salah satu rangkaian cerita tentang karakter kesatria Raden Panji Asmorobangun yang berlatar di Jawa Timur, resmi sebagai ”ingatan dunia” atau disebut ”Memory of the World” (MoW).
Usulan penetapan cerita panji sebagai MoW UNESCO tersebut sudah dilakukan sejak 2016 oleh komunitas pemerhati budaya panji di dalam dan luar negeri, dan kini diketahui telah resmi diterima sebagaimana bisa dilihat pengumumannya di laman UNESCO sejak 31 Oktober 2007.
Henri Nurcahyo, pendiri Komunitas Budaya Panji Jawa Timur, mengatakan, Kamis (16/11), pengajuan cerita panji sebagai MoW kepada UNESCO diperjuangkan oleh tim yang bekerja sama dengan komunitas pemerhati budaya panji lainnya di luar Indonesia, yakni Kamboja, Malaysia, Belanda, dan Inggris. Studi tentang cerita atau budaya panji sudah lama dilakukan, termasuk perhatian sejumlah pakar internasional yang pada dekade 2000 kerap menggelar kajian budaya panji di Jawa Timur.
Sebagai budaya atau bentuk kesenian, cerita panji kini sudah didapati tersebar sebagai cerita dengan aneka bentuk tampilan di kawasan Asia Tenggara. Ada cerita panji yang bisa ditemukan dalam aneka bentuk kesenian, dari ukiran hingga teater atau tari di Kamboja, Thailand, bahkan sampai Jepang. Kini ada banyak naskah lama yang sedang berusaha dikumpulkan untuk dilestarikan. Cerita panji meliputi 250 subcerita yang kini sedang diupayakan pelestariannya.
Disebutkan, UNESCO menjelaskan cerita panji sebagai dongeng dari abad ke-13 mengenai petualangan Pangeran Panji. UNESCO menyebutnya hero Jawa, yang memutuskan meninggalkan istananya, Kerajaan Kediri, demi mencari kekasihnya, Candra Kirana. Panji menyamar dengan beberapa karakter, termasuk pengamen, demi mencari tahu keberadaan Candra Kirana dan akhirnya bisa bertemu.
”Roman cerita panji menandai bukti adanya perkembangan sastra Nusantara yang independen, terlepas dari bayang-bayang narasi sastra global India Mahabharata atau Ramayana. Artinya, panji ini produk asli sastra Nusantara, dan dalam perjalanannya bisa diekspor ke seluruh Asia Tenggara, bahkan Jepang. sebagaikama bisa dibuktikan ada dongeng atau kesenian panji di sana. Ini membuktikan kapasitas literasi bangsa Nusantara telah mendunia masa itu. Cerita panji diketahui populer pada masa Majapahit abad ke-14 dan ke-15,” ungkap Henri.
Sejarawan Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono yang juga pakar arkeologi seni mengatakan, sebaran budaya panji menunjukkan tingginya peradaban literasi Nusantara pada masa itu sehingga bisa mengekspor cerita ke kawasan bertetangga yang diyakini bisa saja dibawa tidak hanya oleh misi perdagangan ke arah utara Nusantara, mungkin juga misi kenegaraan. Artinya, Nusantara klasik bukan bangsa terisolasi, melainkan memiliki pergaulan internasional.
Penetapan oleh UNESCO ini menambah jumlah MoW yang sudah didapatkan Indonesia, yaitu arsip-arsip Dutch East India Company-VOC (2003), naskah I La Galigo (2011), naskah Babad Diponegoro (2013), kitab Negara Krtagama (2013), dan arsip-arsip Konferensi Asia-Afrika (2015). Selain cerita panji, tahun ini UNESCO juga menetapkan MoW lainnya, yakni arsip konservasi Borobudur dan arsip-arsip tsunami di Samudra Hindia.