KUPANG, KOMPAS — Tim Forum Pembauran Kebangsaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur menilai Nusa Tenggara Timur layak menjadi provinsi percontohan kerukunan hidup antarumat beragama di Indonesia.
Umat beragama di NTT tidak mendasarkan agama dalam hidup bersama, tetapi mengutamakan unsur budaya atau etnik masing-masing. Kelahiran, kemudian mendapatkan warisan dari orangtua berupa keyakinan tertentu sebagai sebuah given tidak perlu dipersoalkan.
Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur KH Idrus Ali dalam pertemuan dengan Tim Forum Pembauran Kebangsaan Nusa Tenggara Timur (NTT), di Kupang, Jumat (17/11), mengatakan, tim Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Probolinggo sangat terkesan saat menyaksikan kehidupan antarumat beragama di Kota Kupang.
Selama tiga hari di Kota Kupang, tim FPK Probolinggo menilik ke sekolah-sekolah Muslim dan sekolah Kristen. Ternyata, anak-anak di sekolah itu hidup sangat rukun. Sekolah Muslim banyak diikuti siswa Kristen dan sekolah Kristen banyak diikuti siswa Muslim.
”Saya terharu menyaksikan mereka begitu akrab; berjalan bersama, bermain, mengerjakan tugas bersama, dan saling menyapa satu sama lain. Yang Muslim pergi ke masjid, yang Kristen ke gereja, dan sama-sama melakukan seperti saudara. Tak ada sekat antara mereka,” tutur Idrus.
Saya terharu menyaksikan mereka begitu akrab; berjalan bersama, bermain, mengerjakan tugas bersama, dan saling menyapa satu sama lain. Yang Muslim pergi ke masjid, yang Kristen ke gereja, dan sama-sama melakukan seperti saudara. Tak ada sekat antara mereka.
Rombongan FPK ini pun berjalan ke pinggiran Kota Kupang. Mereka bertemu dengan anak-anak usia sekolah dasar dan, saat meminta mengucapkan Pancasila, semuanya diucapkan dengan sangat lancar.
Mereka menuju permukiman penduduk, khususnya umat Kristen dan Muslim yang hidup bertetangga. Di sana mereka saling mengunjungi dan anak-anak masuk keluar rumah seperti biasa. Mereka saling tegur dan saling menghormati.
”Kami pergi melayat ada warga Muslim yang meninggal dunia. Ternyata, di sana umat Kristiani jauh lebih banyak datang melayat, memberi dukungan, bantuan, dan meneguhkan keluarga Muslim yang ditinggalkan suami. Ini sangat jarang ditemukan di daerah lain,” katanya.
Kami pergi melayat ada warga Muslim yang meninggal dunia. Ternyata, di sana umat Kristiani jauh lebih banyak datang melayat, memberi dukungan, bantuan, dan meneguhkan keluarga Muslim yang ditinggalkan suami. Ini sangat jarang ditemukan di daerah lain.