Mereka Terkagum Pesona Borobudur
Kiprop Tonui
Saya Akan Kembali Lagi Tahun Depan!
Kiprop Tonui (31), pelari asal Kenya, langsung jatuh cinta dengan Bank Jateng Borobudur Marathon (BJBM) 2017. Juara nomor maraton (42,195 km) terbuka pria di BJBM 2017 itu terkesan dengan rute lomba yang indah dan kerapian penyelenggaraan lomba. Karena begitu menikmati pemandangan alam di sepanjang rute, Tinui sempat tercecer di belakang saat awal lomba.
Namun, di 8 kilometer terakhir menjelang finis, dia tancap gas meninggalkan para pesaingnya di belakang. ”Saya sangat menikmati lomba ini, mulai dari pemandangan sawah, bukit, hingga sambutan masyarakatnya. Saya sampai sempat terlena. Saya akan kembali ke sini tahun depan,” ujar Tonui yang baru pertama kali mengikuti BJBM.
Selain pemandangan indah berupa suasana perdesaan dan cagar budaya candi-candi, rute yang ditempuhnya cukup menantang. ”Banyak tanjakan dan tikungan. Cuaca juga cepat berubah. Menjelang finis, hujan tiba-tiba turun. Untungnya, saya suka hujan,” ujar Tinui semringah saat mendapatkan hadiah Rp 110 juta.
Berlari telah menjadi bagian dari hidupnya. Selain hobi, olahraga itu bisa menunjang profesinya sebagai polisi di Kericho, kota kecil di Kenya. Sehari-hari, ia biasa mengejar pelaku kriminal. ”Maling dan perampok adalah yang paling sering saya tangkap. Saya belum pernah gagal mengejar penjahat,” ujar Tonui yang pernah sekali menembak kaki perampok bank. (JON)
Elizabeth Chepkanan Rumokol
Terpesona Kecantikan Borobudur
Elizabeth Chepkanan Rumokol (34), pelari asal Kenya, menyabet juara maraton terbuka wanita (open marathon) dengan catatan waktu 2 jam 43 menit 14 detik. ”Ini pertama kali saya ikut Borobudur Marathon dan berlari di kawasan Candi Borobudur. Sangat cantik,” katanya.
Rumokol dan sejumlah pelari asal Kenya berkeliling dunia untuk mengikuti lomba maraton. Dari sekian banyak maraton yang diikuti, katanya, BJBM salah satu yang terbaik. Selain persiapan yang matang, keunggulan BJBM 2017 adalah kecantikan alamnya. ”Tahun depan saya pasti ikut lagi,” ujarnya.
Rumokol bercerita, lintasan BJBM 2017 masih relatif mudah dibandingkan lintasan lari di Kenya. Di negara dengan kontur pegunungan itu, dia rutin berlatih dua kali sehari setiap pagi dan sore hari. Waktu latihan paling lama satu jam hanya untuk mengendurkan otot.
Selain keindahan alam, keasyikan maraton BJBM 2017 karena cuaca yang mendukung. Kondisi mendung dan gerimis kecil justru membantu pelari. Mereka tak dehidrasi karena biasanya cuaca sangat panas. (KRN)
Josphat Kiptanui
Salah Satu Maraton Terbaik
Josphat Kiptanui (31), pelari asal Kenya, berhasil menjuarai BJBM 2017 nomor 21 Kilometer kategori terbuka pria, dengan catatan waktu 1 jam 4 menit 42 detik. Ini bukan capaian terbaiknya karena dia pernah menyelesaikan jarak yang sama pada kejuaraan di Belanda dengan catatan waktu 1 jam 1 menit.
Kiptanui terbilang baru di dunia lari jarak jauh. Dia mengaku baru menekuni dunia lari sejak lima tahun lalu. Sejak itu, dia pun selalu menyempatkan diri mengikuti sedikitnya tiga kali ajang lari maraton di sejumlah negara.
Iia mengaku menyukai BJBM karena ajang ini dinilai unik. Pertama pelari disuguhi pemandangan indah di sepanjang rute. Yang lebih berkesan baginya, dia terpukau dengan keramahan warga di sepanjang jalan. Dia mengaku senang dapat mengenal keragaman budaya di negara lain. Dalam ajang BJBM, dia pun senang karena bisa menikmati keramahan warga dan kelezatan makanan lokal warga setempat.
Dia mengaku cukup berat karena banyak tikungan dan tanjakan. Itu bikin sulit berlari secepat biasanya. Namun, dia memuji penyelenggaraan BJBM. ”Air minum dan isotonik mudah ditemui di lintasan. Panitia memperlakukan kami dengan bagus. Saya kira, ini salah satu penyelenggaraan (maraton) terbaik di negeri ini,” ujarnya. (EGI)
Hamdan Sayuti
Rute yang Menantang
Bagi pelari asal Padang, Sumatera Barat, Hamdan Syafril Sayuti (27), rute Bank Jateng Borobudur Marathon (BJBM) 2017 sangat menantang. Tanjakan dan turunan menghadang di rute lomba yang sebagian besar berupa jalan perdesaan yang berliku-liku dan tidak terlalu lebar.
”Saya menghitung, ada 15 tanjakan yang saya lalui. Jumlah turunan juga hampir sama banyaknya,” kata Hamdan yang menjadi juara maraton kategori nasional pria.
Dia berhasil finis dengan catatan waktu 2 jam 39 menit 40 detik dan mengalahkan atlet nasional lainnya. Catatan waktunya lebih cepat dari raihan atlet nasional lain, Asma Bara, yang finis di urutan kedua.
Hamdan mengatakan, dalam BJBM 2017, ia memang berlari dengan sangat terukur sejak awal lomba. Namun, mulai km 23, mulai mempercepat larinya dan meninggalkan sejumlah atlet nasional lain yang awalnya beradu cepat dengannya. ”Yang harus saya antisipasi adalah waktu melewati tanjakan dan turunan karena saya khawatir mengalami kram,” ungkapnya.
Hamdan memang punya pengalaman buruk dengan kram karena hal itu yang membuatnya gagal meraih juara full marathon Maybank Bali Marathon 2017. Padahal, selama 2014-2016, dia selalu jadi yang tercepat di kategori maraton nasional Maybank Bali Marathon. Catatan waktu terbaiknya pada kategori maraton adalah 2 jam 26 menit yang diraihnya saat Pekan Olahraga Nasional (PON) di Jawa Barat 2016. (HRS)
Helda Napitupulu
Rutin Berolahraga
Pada BJBM 2017, Helda Napitupulu (47) menjuarai maraton kategori master wanita. Kategori master dikhususkan bagi pelari senior dengan usia di atas 40 tahun. Kunci untuk tetap bugar pada masa tua, menurut mantan atlet nasional ini, adalah rutin berolahraga dan menjaga pola makan.
Pada ajang BJBM 2017, Helda merampungkan lomba dengan catatan waktu 3 jam 41 menit 2 detik. Dia berlari sejak usia 18 tahun. Hobi yang ditekuninya itu mengantarkannya menjadi atlet nasional. Pada SEA Games 1997 di Jakarta, Helda bahkan meraih medali perunggu untuk kontingen Indonesia.
Dengan usianya yang menua, kesibukannya di dunia lari justru semakin bertambah. ”Jika pada masa muda hanya sebatas menjadi atlet, di usia tua seperti sekarang, saya juga berperan sebagai pelatih,” ujarnya.
Hingga saat ini, Helda yang tinggal di Cilegon belum menemui kesulitan atau kendala fisik saat berlari. Dia mengaku berlatih lari jarak jauh setiap hari selama 2-3 jam. Dalam setahun, Helda dapat mengikuti hingga tiga ajang maraton di sejumlah daerah di Indonesia. Dia biasanya sudah memiliki jadwal lomba yang akan diikuti setiap tahun. (EGI)