MIMIKA, KOMPAS — Nasib warga korban konflik bersenjata di Tembagapura, Papua, hingga Rabu (22/11) belum jelas. Ratusan pengungsi yang turun ke Timika mempertanyakan nasib mereka ke depannya, sementara kondisi ribuan warga yang memilih bertahan di kampung juga belum pasti kondisinya. Pemerintah berjanji akan mengambil langkah penanganan yang cepat terkait hal ini.
Sebanyak 806 warga kampung Banti, Kimbely, dan Opitawak masih berada di lokasi pengungsian gedung Eme Neme Yauware, di Timika, Kabupaten Mimika. Mereka telah tiga hari berada di tempat ini dengan kondisi seadanya. Sejumlah anak-anak tidur melantai beralaskan koran atau selimut.
Kondisi kesehatan beberapa warga juga menurun. Di posko kesehatan pengungsian, tercatat lebih dari 100 orang yang datang memeriksakan kesehatan dalam dua hari. Mereka rata-rata mengalami pilek, ISPA, diare, dan malaria.
Kepala Suku Besar Tembagapura Kamaniel Wakes, mewakili beberapa kampung, mempertanyakan nasib warga ke depannya. Sebab, menurut dia, tidak mungkin ratusan warga terus menetap di lokasi pengungsian.
”Kami juga tidak mau kalau disuruh ke rumah-rumah keluarga. Di sana saja satu rumah ada lima keluarga. Kalau kami tambah lagi, pasti tambah masalah. Kami ingin ada tempat yang baru,” kata Kamaniel dalam dialog antara warga dan sejumlah perwakilan pemerintah, Rabu malam.
Hadir dalam kesempatan itu, Direktur Komunitas Adat Terpencil Kemensos Harapan Lumban Gaol, Ketua DPRD Kabupaten Mimika Elminus Mom, Kapolres Mimika Ajun Komisaris Besar Victor Mackbon, Sekretaris Daerah Kabupaten Mimika Ausilius You, dan sejumlah perwakilan lainnya. Bupati Kabupaten Mimika Eltinus Omaleng tidak hadir dalam kegiatan itu.
Sebelumnya, warga di Kampung Kimbely, Batin, dan Kopitawak menjadi korban konflik bersenjata antara pasukan bersenjata dan aparat. Mereka terisolasi dan kekurangan makanan, obat-obatan, serta kebutuhan lainnya. Sebanyak 344 warga pendatang telah dievakuasi terlebih dahulu. Menyusul 806 warga dari berbagai kampung di Distrik Tembagapura.
Menurut Kamaniel, dalam beberapa hari menetap di pengungsian saja telah ada beberapa masalah. Oleh sebab itu, dia berharap agar pemerintah benar-benar membantu menyelesaikan masalah ini secepat mungkin dengan menyiapkan tempat baru yang aman dan dekat dengan akses pendidikan atau logistik.
Sejumlah perwakilan warga juga menginginkan agar rasa keamanan warga benar-benar terjamin. Apalagi, di kampung asal mereka, masih ada ribuan warga yang memilih bertahan dan tidak mengungsi.
Dari data Pemkab Mimika, sebanyak 4.942 warga masih ada di sejumlah kampung yang terdapat di Distrik Tembagapura. Dari jumlah itu, belum diketahui berapa perempuan, anak-anak, atau lansia. Mereka memilih bertahan karena menjaga ternak dan rumah mereka.
Sekda Mimika Ausilius You menyampaikan, pihaknya segera menindaklanjuti dan berusaha menyelesaikan segera masalah ini. Akan tetapi, hal ini harus dilakukan secara holistik agar permasalahan benar-benar selesai. ”Kita bukan lamban,” ujarnya. ”Akan tetapi, tidak ada yang bisa memperkirakan hal ini terjadi. Besok kami akan melakukan pertemuan lagi dengan seluruh stakeholder biar masalah cepat selesai.”
Terkait warga yang masih bertahan di kampung-kampung, Ausilius menyampaikan pihaknya terus berkoordinasi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akan tetapi, dia belum mendapatkan informasi pasti terkait data penduduk dan kebutuhan yang diperlukan.
Pemerintah telah menyiapkan bantuan beras, gula, lauk-pauk, obat-obatan, dan peralatan tidur. Direktur KAT Kemensos Harapan Lumban Gaol mengatakan, bantuan selimut, matras, dan lainnya terus datang hingga beberapa hari ke depan.
”Kami saat ini masih fokus di pengungsi. Kebutuhan toilet dan layanan pendidikan yang masih kurang. Sementara untuk warga yang memilih bertahan di kampungnya, masih dikoordinasikan. Seperti apa kebutuhan mereka, apa saja yang dibutuhkan, bagaimana cara membawanya, itu yang perlu ditindaklanjuti,” tutur Gaol.
Sementara itu, Victor Mackbon menjelaskan, situasi di Kampung Banti dan Kimbely sudah aman dan kondusif. Sebanyak 500 aparat gabungan terus menjaga dan berpatroli di kawasan tersebut. Menurut Victor, kondisi warga yang memilih bertahan juga dalam situasi yang baik.