logo Kompas.id
NusantaraSagu di Maluku Kian Terancam
Iklan

Sagu di Maluku Kian Terancam

Oleh
· 2 menit baca

AMBON, KOMPAS — Populasi tanaman sagu di Provinsi Maluku kian terancam seiring maraknya alih fungsi hutan sagu menjadi permukiman penduduk dan persawahan. Pamor sagu meredup di kalangan generasi muda. Mereka menganggap sagu sebagai makanan inferior. Jumlah pokok sagu diperkirakan anjlok sekitar 50 persen dalam 50 tahun terakhir. Survei oleh Fakultas Pertanian Universitas Pattimura (Unpatti), Ambon, bersama Dinas Pertanian Provinsi Maluku diperoleh data luas hutan sagu di Maluku pada 2016 tinggal 40.514 hektar dengan jumlah pohon sagu 3.797.493 batang.Untuk mengantisipasi punahnya sagu, Fakultas Pertanian Unpatti mengembangkan lokasi percontohan, yakni Kebun Plasma Nutfah Sagu, sebagai pusat studi sekaligus budidaya sagu. Untuk sektor hilir, digarap pangan instan berbahan baku sagu dan ikan segar, yakni Papeda Original Siap Saji.Peneliti sagu Unpatti, Marcus Luhukay, di Ambon, Selasa (21/11), mengatakan, Kebun Plasma Nutfah Sagu dikembangkan tahun 1994. Namun, terbakar saat Ambon dilanda konflik sosial selama beberapa tahun sejak Januari 1999. Kebun percontohan kembali digarap pada 2011 dan mulai didukung Dinas Pertanian Provinsi Maluku tahun 2016.Pada kebun di lahan 1,2 hektar itu terdapat sekitar 100 pokok sagu dari enam jenis, yakni molat putih, molat merah, tuni, ihur, duri rotang, dan makanaru. Keenam jenis sagu itu semua berasal dari Maluku. Rata-rata umur sagu 6 tahun dan bisa dipanen paling cepat usia 4 tahun. Beberapa pohon sudah menghasilkan tunas baru untuk bibit."Ini yang bisa dilakukan perguruan tinggi untuk memperkenalkan sagu kepada mahasiswa. Siapa tahu suatu saat nanti pohon sagu sulit ditemukan di hutan karena maraknya alih fungsi. Saat ini banyak anak di kota mengaku belum pernah lihat pohon sagu," kata Marcus sambil keliling kebun.Berbagai ancamanIa mencontohkan, pada 2015, 350 hektar hutan sagu di Desa Besi, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, dialihfungsikan menjadi persawahan demi mendukung swasembada beras. Menurut rencana, pemerintah akan membabat lagi 350 hektar hutan sagu untuk persawahan. Ada pula ancaman ekspansi kebun kelapa sawit. Wardis Girsang, pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unpatti, beberapa waktu lalu mengatakan, mahasiswa dilatih membuat Papeda Original Siap Saji dari sagu. Olahan itu diharapkan menjadi contoh bagi industri rumah tangga.Per porsi Papeda Original Siap Saji terdiri atas 45 gram tepung sagu, 30 gram bumbu, dan 80 gram ikan tuna. (FRN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000