KUPANG, KOMPAS — Meski hari raya Natal masih sekitar satu bulan lagi, pernak-perniknya mulai terlihat di sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Lagu-lagu Natal juga mulai terdengar di sejumlah pusat perbelanjaan dan rumah-rumah penduduk di Kota Kupang.
Panitia Natal pun sudah terbentuk di sejumlah gereja, dengan tugas utama menyiapkan penyelenggaraan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018. Natal bukan kesempatan umat Kristiani berpesta pora, melainkan menyiapkan batin dengan bertobat dan beramal untuk menerima kedatangan Isa Al Masih.
Dari pengamatan di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Kupang, Rabu (22/11), pohon natal dipajang di pintu masuk, diiringi musik instrumen Natal. Harga pohon natal pun berkisar Rp 1 juta-Rp 4 juta per pohon. Sementara pernak-pernik natal lain, seperti kertas warna, ornamen bertuliskan ”Selamat Natal”, dan lampu kelap-kelip berwarna, dijual dengan harga bervariasi, dari Rp 5.000 hingga Rp 150.000 per buah.
Sejumlah minuman ringan mulai dijual dalam jumlah besar. Demikian pula kue kering dipajang di sejumlah tempat perbelanjaan, kios, swalayan, dan hipermarket. Jenis minuman dan makanan seperti ini sebelumnya dijual dalam partai besar.
Sekretaris Dewan Pimpinan Stasi Gereja Katolik St Fransisku Xaverius Kelurahan Naimata, Kota Kupang, Yoseph Sudarso, di Kupang, Rabu, mengatakan, sebagai kota dengan mayoritas warga Kristiani, Natal memang selalu ditunggu-tunggu. Umat Kristiani di Nusa Tenggara Timur dan di seluruh dunia akan memperingati hari kelahiran Isa Al Masih pada 25 Desember 2017.
Di gereja-gereja sudah dibentuk panitia perayaan Natal. Panitia ini bertugas mencari dana untuk berbagai kegiatan umat di setiap gereja, khususnya menyiapkan perayaan liturgi gereja, dan kegiatan sosial di luar gereja, seperti mengunjungi panti asuhan, menanam pohon, serta mengunjungi orang sakit di rumah sakit dan rumah warga, termasuk pasien sakit jiwa. ”Semua kegiatan ini butuh dana bervariasi di setiap gereja, yakni Rp 10 juta-Rp 100 juta per gereja,” ujar Sudarso.
Persiapan batin
Pastor Paroki Katedral Kupang Rm Ambrosius Ladjar Pr menyebutkan, yang dibutuhkan dalam perayaan Natal dan Tahu Baru adalah persiapan batin, bukan pesta lahiriah. Selama empat pekan berturut-turut sebelum Natal, umat Kristiani diajak untuk menyiapkan batin dengan bertobat, mati raga, dan berbuat baik kepada orang lain melalui suatu masa yang disebut masa Adventus (kedatangan). Empat pekan menjelang Natal itu disebut masa persiapan kedatangan.
Ladjar mengungkapkan, Natal bukan berarti memamerkan kekayaan dan harta benda di hadapan Tuhan. ”Natal juga tidak berarti berfoya-foya hidup di depan Tuhan dan sesama. Tuhan sangat membutuhkan umat kesayangan-Nya untuk selalu bersyukur, bertobat, dan memperbaiki kualitas hidup sebagai orang beriman,” tuturnya.