PDI-P Akan Pecat Emil
JAKARTA, KOMPAS — PDI-P akan memecat Bupati Trenggalek, Jawa Timur, Emil E Dardak dari keanggotaannya di PDI-P karena memutuskan maju di pemilihan kepala daerah Jawa Timur tahun 2018 dari partai politik di luar PDI-P. Emil sebagai politisi muda pun dikritik karena tidak memiliki prinsip.
"Untuk penegakan disiplin organisasi, kalau dia sudah resmi mendaftar ke KPU sebagai calon wakil gubernur dari partai lain, ya kami pecat," kata Ketua Bidang Kehormatan Partai DPP PDI-P Komarudin Watubun di Jakarta, Rabu (22/11).
Emil dideklarasikan Partai Golkar dan Demokrat sebagai calon wakil gubernur pada Pilkada Jawa Timur, berpasangan dengan calon gubernur Khofifah Indar Parawansa.
Menurut Komarudin, Emil masuk anggota PDI-P setelah resmi dicalonkan PDI-P pada Pilkada Trenggalek 2015. Emil pun sempat mengenyam pendidikan di sekolah kepala daerah yang khusus dibuat PDI-P untuk calon kepala/wakil kepala daerah.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menghormati pilihan Emil. Menurut dia, PDI-P sebenarnya melihat potensi dan semangat yang menjanjikan pada diri Emil sehingga partai mengusungnya pada Pilkada Trenggalek. "Namun, kemudian ia berubah dan memilih mencalonkan diri (di Jatim). Sekarang, kami serahkan sepenuhnya kepada masyarakat. Biarkan rakyat yang menilai. Sebab, rakyat yang berdaulat dalam memilih pemimpin," kata Hasto.
Emil mengaku sebelum memutuskan mendampingi Khofifah, dirinya sudah berkomunikasi dengan Hasto. Ia mengakui tetap menjaga komunikasi dan yakin dapat mencapai titik kesepahaman dengan PDI-P. "Saya menemui Pak Sekjen (Hasto Kristiyanto) dan bicara dengan itikad baik. Saya kira beliau negarawan," kata Emil. Dia juga menolak berkomentar tentang kemungkinan dirinya mengundurkan diri atau dipecat dari PDI-P. Ia pun enggan menjawab perihal status keanggotaan politiknya saat ini.
Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate mengatakan, partainya telah memutuskan mendukung Khofifah dan meminta agar polemik seputar keanggotaan partai politik Emil tak sampai merusak soliditas koalisi partai pengusung Khofifah. "Masalah ini harus cepat diselesaikan," katanya.
Wakil Sekjen PPP Achmad Baidowi mengatakan, PPP pun menyambut positif dipasangkannya Emil dengan Khofifah. "Pasangan ini saling melengkapi karena kombinasi nasionalis-religius, senior-yunior," katanya.
Kepala Laboratorium Ilmu Politik dan Rekayasa Kebijakan Universitas Brawijaya Faza Dhora Nailufar menilai pengumuman Emil sebagai pendamping Khofifah sesuai prediksi dan harapan. "Pilgub Jatim nanti bukan lagi melihat pertarungan cagub, melainkan juga cawagub. Emil dianggap mampu bersaing dengan Anas," ujarnya.
Dosen Ilmu Politik Universitas Airlangga, Hari Fitrianto, juga meyakini Emil dan Anas akan memaksimalkan peran sebagai tokoh di wilayah kebudayaan masing-masing untuk mendulang suara. Emil di wilayah Mataraman (barat ke tengah), sedangkan Anas di wilayah Tapal Kuda atau Blambangan (tengah ke timur). "Menjadi menarik bagaimana nanti strategi masing-masing untuk menarik simpati di luar wilayah kerja mereka," katanya.
CEO Ipol Indonesia Petrus Hariyanto juga meyakini pertarungan Khofifah-Emil dan Saifullah-Anas akan sengit dalam memperebutkan 15 juta suara pemilih kelahiran 1981-2001 yang merupakan pemilih rasional dan gandrung terhadap teknologi informasi. Generasi ini diyakini akan terpikat dengan sosok yang melek teknologi, cukup aktif bermedia sosial, dan interaktif.
(BRO/ETA/WER/NIT/APA/AGE/INA)