SEMARANG, KOMPAS — Pembangunan empat proyek pengolahan energi terbarukan di Jawa Tengah kerja sama pemerintah provinsi dan Denmark menyisakan tantangan pada penyiapan sumber daya manusia. Seluruh proyek menerapkan teknologi baru. Pekerja lokal dikhawatirkan tak siap mengelola.
Keempat proyek kerja sama itu adalah pemanfaatan gas metana (landfill gas) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang; fasilitas refuse derived fuel (RDF) TPA Tritih Lor, Kabupaten Cilacap; pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) komunal di tiga pulau di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara; serta pengolahan limbah pati onggok di Kabupaten Klaten. Empat proyek itu diwadahi dalam Environmental Support Programme Phase 3 (ESP3).
Koordinator Kerja Sama ESP3 di Jateng, Siti Ismaillyaningsih, Rabu (29/11) di Semarang, mengatakan, teknologi pada empat proyek senilai Rp 185 miliar yang ditargetkan rampung pada 2018 itu tergolong baru di Indonesia. "Di luar negeri memang bukan hal baru. Tantangannya bagaimana cara mengatasi keterbatasan SDM," katanya.
Untuk itu, akan dilakukan pelatihan pekerja sebelum proyek itu diserahterimakan dari Kedutaan Besar Denmark ke pemerintah setempat. Uji coba serta transfer ilmu dilakukan agar pengelolaan dapat berjalan baik.
Proyek pemanfaatan gas metana di TPA Jatibarang nantinya dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) PT Bumi Pandanaran Sejahtera. RDF atau pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar pengganti batubara di TPA Tritih Lor dikelola swasta melalui tender. Nantinya dikembalikan kepada pemda.
Instalasi pengolahan air limbah di Klaten akan dikelola BUMDes Daleman, sedangkan PLTS Pulau Parang, Nyamuk, dan Genting di Karimunjawa dikelola UPTD PLTD setempat. "Inti proyek kerja sama ini menyelesaikan permasalahan lingkungan dan energi," ujar Siti.
Masalah sampah
Di TPA Jatibarang, sampah dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik dari generator dengan kapasitas maksimal 1,3 megawatt (MW). Proyek RDF di TPA Tritih Lor Cilacap akan menurunkan jumlah sampah ke TPA sekitar 44.000 ton per tahun dan mengurangi penggunaan batubara lebih dari 10.000 ton per tahun.
"Yang benar-benar ingin kami selesaikan ialah permasalahan sampah. Dari 35 TPA di semua kabupaten/kota di Jateng, hampir semuanya penuh," katanya.
Kepala UPT TPA Jatibarang, Wahyu Heriawan mengatakan, pihaknya sebenarnya telah membuat proyek percontohan pemanfaatan gas metana dari sampah. Namun, berskala kecil menggunakan genset. (DIT)