Irigasi Tetes Dukung Pengembangan 650 Hektar Cengkeh
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
WAINGAPU, KOMPAS — Usaha Salim Group untuk mengembangkan 650 hektar cengkeh di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, bakal didukung dengan sistem irigasi tetes (drip irrigation).
Irigasi tetes adalah metode yang menghemat air dan pupuk dengan membiarkan air menetes ke akar tanaman lewat permukaan tanah atau langsung ke akar melalui jaringan katup, pipa, dan emitor.
Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora, Kamis (7/12), mengatakan, perusahaan Salim Group yang akan mengembangkan ratusan hektar cengkeh itu adalah PT Sentosa Anugerah Sejahtera (SAS).
Proyek pengembangan kebun cengkeh berpusat di Desa Watumbaka dan Desa Kadubo, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur, dengan total lahan yang dikuasai sekitar 650 hektar.
Izin hak guna usaha selama 30 tahun dari perusahaan ini sudah ditandatangani pada 2015. Cengkeh ini untuk memenuhi kebutuhan pabrik rokok dari perusahaan Salim Group.
Tahap pertama, 2015, SAS menanam cengkeh seluas 200 hektar. Kini, cengkeh sudah berusia dua tahun dengan ketinggian lebih dari 1 meter di setiap desa 100 hektar.
”Mereka menggunakan sistem irigasi tetes atau drip irrigation seperti kebanyakan sistem pengairan di Timur Tengah,” kata Mbilijora.
Sumba Timur termasuk daerah kering terutama memasuki musim kemarau sehingga sistem ini sangat membantu pertanian dan perkebunan.
”Tanaman cengkeh tidak tahan terhadap kemarau panjang. Sistem irigasi tetes sangat membantu,” kata Mbilijora.
PT SAS memanfaatkan sumber air dari Sungai Kadubo dengan debit sekitar 100 liter per detik pada puncak kemarau, di samping menggali beberapa sumur bor.
Jika penanaman cengkeh mencapai target, yakni 650 hektar, pengeboran sumur ditambah lagi untuk memenuhi kebutuhan irigasi tetes.
Ia mengatakan, penguasaan lahan oleh PT SAS dengan sistem hak guna usaha (HGU) telah disepakati 2015, untuk jangka waktu 30 tahun, dapat diperpanjang.
Kepala Badan Penanaman Modal Daerah NTT Semuel Rebo mengatakan, produksi cengkeh dari SAS akan dimanfaatkan untuk pabrik rokok, milik Salim Group di luar NTT.
Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Wilayah Sumba Umbu Manurara meminta SAS juga harus lebih membantu masyarakat di sekitar lokasi perkebunan cengkeh, seperti pengadaan air bersih, akses jalan ke desa-desa sekitar, listrik, rumah ibadah, dan gedung sekolah.