Korupsi Kota Batu dan Tantangan Wali Kota Baru
Melihat kasus dugaan suap ER, rasanya itu tidak lepas dari masa lalunya. ER anak Wali Kota Malang Periode 1973-1983 Sugiyono. ER awalnya pengusaha properti yang sempat sukses, lalu bangkrut. Orang-orang di lingkaran terdekat ER mengatakan, saking bangkrutnya, ER sempat meminta sopir keluarganya berhenti kerja dan mencari tuan lain karena merasa tak bisa lagi menggajinya.
Saat terpuruk itu, pertolongan datang dari teman-teman ER (dan teman ayah ER). Salah satunya, ia diberi proyek membangun markas Kepolisian Daerah Kalimantan Timur oleh teman ayah ER. Dari proyek-proyek itu, ER bangkit, hingga kemudian menjadi Wali Kota Batu tahun 2007.
ER terpilih dua kali hingga mengakhiri masa jabatan pada 2017. Hal pertama yang dilakukan ER begitu menjadi wali kota adalah memanggil sopir keluarga yang pernah menolongnya dan membalas budi baik si sopir.
Gambaran itu mungkin melatarbelakangi kasus operasi tangkap tangan (OTT) KPK atas ER. ER adalah orang yang memiliki banyak teman, yang lalu jatuh karena pertemanan itu.
Sebagai pejabat publik, yang digaji dari uang rakyat, ER menerima fee (suap) dari Philipus, pengusaha hotel di Batu. Sewaktu masih menjadi pengusaha, memberikan uang terima kasih atas proyek tertentu mungkin lazim bagi ER.
Hal itu tidak mengherankan. Teori Pertukaran Sosial dari George C Homans dan Peter M Blau menyebut bahwa hubungan sosial di masyarakat tidak lepas dari unsur pengorbanan, ganjaran, dan keuntungan. Singkatnya, hubungan sosial/pertemanan selalu berimplikasi cost (biaya) dan reward (hadiah). Ada pengorbanan, mendapat ganjaran, dan meraih keuntungan. Selama hubungan tiga unsur itu menguntungkan, maka akan terus berjalan hingga ada yang merugi, lalu memilih berhenti berhubungan.
Gaya ER menjabat boleh dibilang meniru ayahnya. Sugiyono adalah wali kota yang dikenal galak kepada anak buah, tetapi baik kepada warga. Tidak jauh berbeda, ER dikenal oleh warga di tiga kecamatan di Kota Batu sangat merakyat. Sering ER mengunjungi rumah warganya, mengobrol, menanyakan mereka masak apa, dan saat ditawari makan oleh pemilik rumah, tanpa canggung ER memakan masakan warganya.
Diplomasi makan siang
ER juga menerapkan diplomasi makan siang di kantornya. Siapa saja tamunya di balai kota pasti dipersilakan makan terlebih dahulu. Bisa jadi, makan siang adalah cara ER menurunkan ”emosi” tamu yang datang untuk marah-marah.
Hasilnya, banyak orang bersimpati kepada ER. Pendukungnya pun berkumpul dalam wadah Sahabat ER. Senin (18/9), saat ada penggeledahan oleh KPK di rumah dinas Wali Kota Batu, seorang pemuda berteriak tetap mendukung ER. ”Benar salah pokokepancet (pokoknya tetap) Bapak,” kata pemuda berusia 20-an tahun di depan gerbang rumah dinas.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pencapaian Kota Batu naik drastis dengan prioritas pembangunan di sektor wisata. Pusat wisata dan ekonomi baru terus bertumbuhan. Indikator paling jelas adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pada 2013, pendapatan asli daerah (PAD) Kota Batu Rp 59,67 miliar. Tahun 2014, PAD naik menjadi Rp 78,29 miliar. Dan, pada 2015, PAD melejit menjadi Rp 104,23 miliar. Nilai PAD itu cukup besar untuk kota kecil berpenduduk 200.000-an jiwa dengan luas wilayah hanya 19.908 kilometer persegi.
Kota Batu di bawah kepemimpinan ER akhirnya menjadi kota bersinar, sebagaimana tagline kotanya ”Shining Batu”. Investor berlomba-lomba mengejar peruntungan di kota berjuluk ”Kepingan Surga yang Terserak”.
Sayang, ER lupa bahwa sebanyak apa pun teman dan orang menyukainya, tidak pada tempatnya kepala daerah menerima gratifikasi atas kewajibannya mengelola pemerintahan.
Kisah ER dengan kesuksesannya memimpin Kota Batu, lalu jatuh karena kelalaiannya, biar berjalan sesuai hukum. Ke depan, Kota Batu memiliki pemimpin baru, yaitu Dewanti Rumpoko, istri ER. Tantangan Dewanti cukup berat. Kinerjanya akan dibandingkan dengan sukses suami. Apalagi, ia akan memulainya dengan pandangan skeptis bahwa mungkin ia akan menyalahgunakan wewenang, seperti suaminya.
Dewanti harus membuktikan bahwa perempuan pemimpin tak hanya bermodal tampang. Publik bisa menilai setelah Dewanti dilantik pada 26 Desember 2017. (Dahlia Irawati)