Kerusakan Alam Picu Bencana
TAPAKTUAN, KOMPAS — Kerusakan lingkungan turut memicu bencana hidrologi di sejumlah daerah di Indonesia. Pembabatan hutan di kawasan bantaran sungai dan daerah resapan menyebabkan air hujan cepat menggenangi permukiman, tetapi sulit surut.
Setelah Aceh Utara, banjir besar dua hari terakhir melanda Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Sekitar 1.200 rumah terendam air berkisar 1-2 meter dan mengakibatkan 4.787 warga di empat kecamatan mengungsi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan Cut Sazalisma, yang dihubungi dari Banda Aceh, Jumat (8/12), mengatakan, banjir melanda sejak Kamis. Pengungsi tersebar di Kecamatan Kota Bahagia, Trumon Timur, Trumon Tengah, dan Trumon. "Aktivitas warga lumpuh," ujarnya.
Aktivitas warga lumpuh.
Hingga Jumat, petugas mengevakuasi orang tua, perempuan, dan anak-anak dari zona banjir dengan perahu karet. Tenda-tenda darurat juga dibangun.
Banjir terjadi akibat luapan Sungai Daulat dan Sungai Gelombang. Debit air sungai naik signifikan setelah dipasok kiriman air dari kawasan hulu di Kabupaten Gayo Lues yang diguyur hujan deras.
Selain intensitas hujan tinggi, banjir juga dipicu penurunan daya dukung hutan dan sungai. Kerusakan hutan dan lahan mempercepat air mengalir ke sungai. Kawasan banjir juga tidak dilengkapi infrastruktur saluran pembuangan yang baik sehingga air sulit mengalir ke laut.
Kerusakan lingkungan juga memicu banjir di Desa Maukabatan, Kecamatan Biboki Anleu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Banjir setinggi 80 sentimeter merendam 95 rumah di daerah aliran Sungai (DAS) Maukabatan sejak tiga hari terakhir.
Kepala BPBD Kabupaten Timor Tengah Utara Johanes Bani, yang dihubungi dari Kupang, mengatakan, banjir terjadi dua tahun terakhir setelah hutan-hutan di perbukitan sekitar DAS Maukabatan ditebang dan dibakar. Hal itu menyebabkan air langsung menggenangi permukiman karena tidak ada kawasan resapan.
Mangrove dibabat
Sementara itu, banjir akibat limpasan air laut atau rob merendam sekitar 400 rumah warga dan puluhan hektar tambak udang di Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan. Sekretaris BPBD Lampung Selatan Firdaus mengatakan, berkurangnya kawasan hutan mangrove di Kecamatan Sragi membuat daerah itu kian sering dilanda rob. Dari sekitar 500 hektar hutan mangrove, hanya 20-30 persen saja yang kondisinya baik. Mangrove terkikis masifnya aktivitas pembukaan tambak.
Hujan deras juga menyebabkan bencana longsor yang menutup akses jalan dari Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan di Sumatera Selatan menuju Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Dua desa di OKU selatan terisolasi.
Dari Daerah Istimewa Yogyakarta dilaporkan, kerugian banjir dan longsor dampak siklon tropis Cempaka di Gunung Kidul lebih dari Rp 100 miliar. Kemarin, disalurkan Dana Kemanusiaan Kompas dari para pembaca harian Kompas. Bantuan berupa makanan, seragam, dan peralatan sekolah. (AIN/KOR/VIO/RAM/DIM)