Konservasi Ganti Utang
”Kami bisa mengurangi utang Indonesia, tetapi sisa utang harus digunakan untuk program
konservasi,” kata Sekretaris Asisten Deputi untuk Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri
Patrick menilai, pertukaran utang itu menguntungkan semua pihak. Dari pihak Indonesia, utang luar negeri berkurang dan alamnya terjaga. Sementara AS terbantu karena program konservasi meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dunia.
Pemerintah AS, lanjut Patrick, berkomitmen menjaga lingkungan di Indonesia yang mempunyai salah satu hutan hujan terbesar di dunia. Program pertukaran utang itu juga akan mengonservasi Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh dan Sumatera Utara beserta empat spesies kunci di dalamnya, yakni orangutan sumatera, gajah sumatera, harimau sumatera, dan badak sumatera.
Selain pembangunan Orangutan Haven, Patrick mengatakan, Pemerintah AS menjalankan program kemitraan antara lain dengan penyelamatan lahan gambut. Program itu mengalokasikan dana sekitar Rp 230 miliar atau 17 juta dollar AS.
Orangutan Haven
Patrick mengatakan, salah satu program konservasi yang mereka biayai dalam skema pertukaran utang itu adalah pembangunan Orangutan Haven di lahan seluas 48 hektar. Lokasi ini dirancang menjadi rumah bagi orangutan yang tidak bisa dilepasliarkan ke alam liar karena cacat ataupun sakit.
”Orangutan adalah salah satu spesies kunci di Taman Nasional Gunung Leuser yang butuh bantuan karena kini statusnya terancam punah,” kata Patrick.
Direktur Program Konservasi Orangutan Sumatera (SOCP) Ian Singleton mengatakan, pihaknya berterima kasih atas bantuan AS pada pembangunan Orangutan Haven. Selain AS, mereka juga mendapat bantuan dari negara Swiss, Inggris, dan Australia. Dari kebutuhan sekitar Rp 27,1 miliar (2 juta dollar AS), SOCP telah mendapatkan Rp 16,2 miliar (1,2 juta dollar AS).
Ian mengatakan, Orangutan Haven strategis karena selama ini tidak ada tempat layak bagi orangutan yang tidak dapat lagi dilepasliarkan. Orangutan seperti ini biasanya akan hidup di kandang besi berukuran kecil. ”Dengan rumah baru ini, kualitas hidup orangutan meningkat. Kami juga mempertimbangkan mengembangbiakkan orangutan di tempat ini,” katanya.
SOCP, menurut Ian, telah melakukan kegiatan konservasi di Indonesia selama 17 tahun. Lembaga itu berhasil melepasliarkan 170 orangutan di Jambi dan 100 orangutan di Aceh. Saat ini mereka sedang mengarantina 54 orangutan di Sibolangit sebelum dilepasliarkan. Selain itu, dirawat pula lima orangutan yang tidak bisa dilepasliarkan antara lain karena buta dan sakit. ”Orangutan itu buta setelah terkena 62 tembakan senapan angin pemburu,” ujarnya.
Orangutan Haven juga akan menjadi pusat pengembangan dan penelitian pertanian organik. Tempat itu akan dibuka bagi
masyarakat umum . Selain itu, SOCP juga mengajak kampus-kampus di Sumatera Utara untuk meneliti orangutan dan konservasi.
Saat ini pembangunan Orangutan Haven pada tahap pembuatan sembilan pulau kecil berukuran 600-800 meter persegi yang akan menjadi rumah bagi orangutan itu. Pulau-pulau itu akan dilengkapi sarang, pohon, dan tali tempat bermain orangutan.
Pembangunan Orangutan Haven dijadwalkan selesai 2018 atau lebih cepat dari target awal 2020. Percepatan pengerjaan dimungkinkan karena mereka mendapat perhatian dari negara donor. Ia berharap semua pemangku kepentingan dapat bekerja sama untuk menyelamatkan orangutan. (NSA)