MEDAN, KOMPAS — Sejumlah pabrik keramik di Medan menghentikan sebagian mesin atau beralih menggunakan bahan bakar minyak setelah merosotnya pasokan gas industri di Sumatera Utara. Karyawan mulai resah dengan tidak beroperasinya mesin.
Pantauan di pabrik keramik PT Jui Shin di Kawasan Industri Medan, Jumat (15/11), dari sembilan mesin, tiga di antaranya tak beroperasi. Tiga mesin itu berkapasitas produksi keramik 23.900 meter persegi per hari.
Meski tidak beroperasi, tungku harus terus dipanaskan di suhu 800 derajat celsius untuk menjaga stabilitas tungku agar tidak rusak. Untuk pembakaran perlu suhu 1.250 derajat celsius.
”Kami merugi Rp 2 miliar per hari,” kata Direktur PT Jui Shin, Medan, Anwar Panggabean. Penurunan pasokan gas kali ini memukul perusahaannya karena tanpa pemberitahuan terlebih dulu. Pihaknya mendapat informasi saat penurunan pasokan terjadi, Kamis (7/12).
”Biasanya kami mendapat pasokan 92.000 MMBTU sekarang hanya 50 persen,” kata Anwar. Saat pasokan gas turun, pembakaran pun gagal. Pegawai PT Jui Shin memperlihatkan keramik yang gagal. Warnanya berbeda. Ruang untuk menampung hasil produksi tampak kosong.
Akibat penurunan pasokan gas, sedikitnya tujuh kontrak penjualan harus dijadwal ulang. Biasanya, kata Anwar, seluruh mesin bisa memproduksi 69.000 meter persegi keramik. Saat ini maksimal hanya memproduksi 45.000 meter kubik. ”Kondisi ini membuat kami berencana mengurangi penggunaan gas dan beralih ke bahan bakar lain,” kata Anwar.
Ia mengatakan, karyawan mulai resah dan bertanya tentang kondisi ini. Sejauh ini kondisi perusahaan baik dan tidak ada langkah merumahkan karyawan.
Ganti solar
PT Kedaung Medan Industrial, pabrik pecah belah, telah mengganti gas dengan solar sepekan terakhir. Bau solar memenuhi pabrik. Kemarin, tekanan gas di PT Kedaung 2,1 bar, merosot dari biasanya 10 bar.
Untuk pembakaran produk, Manager HRD PT Kedaung Medan Industrial Chairuddin mengatakan perlu tekanan di atas lima bar. ”Kami ganti dengan solar 15.000 liter selama 24 jam,” kata Chairuddin.
Kepala Penjualan Area Medan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Saeful Hadi mengatakan, saat ini Sumut mendapat pasokan gas dari Pertamina EP di Langkat sebanyak 4,5 juta MMBTU dan 2,2 MMBTU dari Pertagas Niaga yang merupakan pasokan dari PT Pertamina Arun Gas (PAG). Jumlah itu separuh dari kebutuhan gas di Sumut yang mencapai 12,5 juta-13 juta MMBTU per hari.
Pasokan gas di Sumut merosot setelah fasilitas produksi PT Pertamina Hulu Energi di North Sumatera Offshore terdampak badai awal Desember, tetapi beroperasi kembali pada 3 Desember. Belakangan, PT PAG yang bertugas menurunkan kadar sulfur gas melakukan perbaikan dan perawatan mesin sehingga produksi gas terhenti. Pengiriman gas diperkirakan dilakukan pada 23 Desember (Kompas, 11/12).
Ketua Asosiasi Perusahaan Pengguna Gas Sumut Johan Brien meminta para pemangku kepentingan transparan menjelaskan apa yang terjadi. Pasokan gas di Sumut terus bermasalah 10 tahun terakhir. Hal ini menyebabkan industri di Sumut semakin terpuruk. (WSI)