SLEMAN, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta generasi muda Islam di Indonesia menjaga semangat kebangsaan dan persatuan. Pemuda Islam juga diharapkan memperkuat praktik keagamaan yang toleran serta menghargai perbedaan.
”Semangat kebangsaan adalah fondasi kemajuan RI,” kata Presiden dalam Apel Kebangsaan Pemuda Islam Indonesia, Sabtu (16/12) di Lapangan Siwa, Kompleks Candi Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dalam acara itu, Presiden didampingi Ibu Negara Ny Iriana Joko Widodo serta sejumlah pejabat, antara lain Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Apel kebangsaan itu digelar atas kerja sama Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul Ulama dan Pemuda Muhammadiyah. Acara bertema ”Pemuda Hebat Jaga Bumi” itu dihadiri sekitar 20.000 anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam).
Presiden menyatakan, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sekaligus negara dengan beragam suku dan agama, RI kerap dijadikan model bangsa yang berhasil menjaga persatuan. Selain itu, juga kerap dijadikan contoh negara yang mempraktikkan Islam toleran. ”Negara kita, Indonesia, adalah sumber inspirasi bagi negara Muslim dan negara Islam di dunia,” katanya.
Imam Nahrawi menuturkan, Apel Kebangsaan Pemuda Islam Indonesia bertujuan menjaga dan meningkatkan semangat persaudaraan di antara organisasi kepemudaan Islam. Apel itu juga untuk menegaskan komitmen kebangsaan organisasi kepemudaan Islam guna menjaga keutuhan RI.
”Sudah sepantasnya dua organisasi pemuda Islam ini (GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah) betul-betul mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai kapan pun dengan komitmen utuh,” ujar Imam.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menyebutkan, melalui apel kebangsaan itu, Pemuda Muhammadiyah dan GP Ansor ingin menunjukkan bahwa perbedaan di antara kedua organisasi tersebut tidak menimbulkan masalah.
Menurut Dahnil, perbedaan tersebut justru harus disambut dengan gembira. ”Justru ketika kita berbeda, itu tanda kita berpikir,” ujarnya.
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, apel kebangsaan tersebut tak lain awal dari langkah besar. Oleh karena itu, lanjutnya, acara itu harus ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan lain yang lebih konkret. (HRS)