Banjir Belum Teratasi
SIDOARJO, KOMPAS — Banjir yang melanda Desa Kupang dan Desa Semambung, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, hingga hari keempat belum teratasi. Sekitar 350 rumah warga terdampak dan sekitar 100 hektar sawah terendam dengan ketinggian air mencapai 30-100 sentimeter.
Banjir yang terjadi sejak Minggu (17/12) itu tak kunjung surut. Ini disebabkan luapan air Sungai Kedung Larangan. Kondisi itu diperparah hujan yang terus mengguyur dan membuat banjir bertahan selama berhari-hari.
Warga korban banjir terpaksa mengungsi ke rumah sanak saudara. Mereka tidak memiliki banyak pilihan sebab penanganan dari pemerintah belum ada.
”Hingga kini belum ada penanganan dari pemerintah daerah. Masyarakat mengatasi sendiri dengan kemampuan mereka,” kata Pelaksana Tugas Kepala Desa Kupang Tahyat.
Masyarakat mengatasi sendiri dengan kemampuan mereka.
Tanaman padi juga terendam. Padi yang rata-rata baru berumur dua minggu hingga sebulan itu akhirnya membusuk sehingga petani menderita kerugian jutaan rupiah per hektar. Mereka berharap segera ada solusi.
Kecamatan Jabon berada di perbatasan dengan Kabupaten Pasuruan. Kawasan perbatasan ini dilintasi Sungai Kedung Larangan yang sedimentasinya tinggi, mencapai 1,5 meter-2 meter. Sungai Kedung Larangan menampung air dari hulu Kabupaten Malang dan Kabupaten Pasuruan menuju muara di Selat Madura. Sungai ini memiliki sejumlah anak sungai yang kondisi tanggulnya rusak. Kondisi itu diperparah rusaknya pintu di Bendungan Golondoro sejak awal tahun lalu.
Bupati Sidoarjo Syaiful Ilah mengatakan, banjir di Jabon merupakan fenomena tahunan. ”Untuk penanganan banjir di Jabon, pemkab sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat selaku pengelola sungai. Selain itu, pemkab berencana membangun dam dengan mengaktifkan Kali Mati,” ujarnya.
Di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, 56 rumah di Kecamatan Sidareja juga terendam banjir, Rabu (20/12). Itu akibat luapan Sungai Cibeureum. Sekitar 172 warga terpaksa mengungsi. Ketinggian air berkisar 20 cm-50 cm. ”Hujan deras sejak Selasa sekitar pukul 19.00 hingga Rabu dini hari. Sungai Cibeureum meluap, menggenangi beberapa desa,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Martono.
Di Banyumas, hujan deras disertai kilat pada Rabu sore menyebabkan dua orang tersambar petir di Desa Selandaka, Kecamatan Sumpiuh. Satu di antaranya tewas. Koordinator Tim Reaksi Cepat BPBD Banyumas Kusworo mengatakan, korban adalah Hadi Prayitno (80) dan Sutrisno (35). Adapun korban tewas adalah Hadi Prayitno.
Polres Magelang berupaya mengungkap penyebab longsor di Kali Bebeng, Kecamatan Srumbung, Magelang, pada Senin (18/12). Kapolres Magelang Ajun Komisaris Besar Hari Purnomo mengatakan sudah meminta keterangan delapan saksi, antara lain warga dan petambang.
Pakar lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang, Sudharto P Hadi, menilai, setiap kali terjadi bencana alam, pemerintah tidak pernah mengkaji tata ruang yang ditetapkan. Misalnya, banjir rob di Kota Semarang bagian utara rutin terjadi.
”Sebelumnya, banjir rob muncul bersamaan musim hujan. Kini rob juga kerap melanda di musim kemarau. Tetapi, hal ini tidak pernah ada kajian,” katanya. (EGI/DKA/WHO/NIK)