CIREBON, KOMPAS – Kementerian Pertanian masih optimis produksi beras di masa paceklik akhir tahun ini bakal surplus. Dengan total luas panen mencapai 1 juta hektar, pemerintah mengklaim dapat memproduksi 3 juta ton beras.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian di Kementerian Pertanian Momon Rusmono mengatakan hal itu saat panen padi di Jamblang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (21/12).
“Dengan produksi 3 juta ton, ada surplus 400.000 ton beras. Kebutuhan konsumsi beras nasional sebulan mencapai 2,6 juta ton,” ujar Momon.
Menurut dia, stok beras nasional di Bulog dalam kondisi aman hingga lima bulan ke depan. Produksi itu berasal dari panen 1 juta hektar lahan padi yang tersebar di sejumlah wilayah. Di Cirebon, sebanyak 2.400 hektar lahan memasuki masa panen. Sebanyak 70.000 hektar sawah di Jawa Tengah, lanjutnya, juga sedang panen.
"Pencapaian itu membuat masa paceklik kali ini bisa teratasi. Apalagi, pemerintah terus mengupayakan tanam padi tiga kali di sejumlah daerah," katanya.
Ditanya terkait tingginya harga gabah dan beras, Momon mengatakan hal itu tidak serta merta menggambarkan produksi beras berkurang.
Saat ini, harga gabah kering panen (GKP) petani di Cirebon rata-rata Rp 5.200 per kilogram. Jumlah itu jauh dari harga pembelian pemerintah (HPP), yakni Rp 3.700 per kilogram GKP.
Kementerian Perdagangan bahkan mencatat, harga rata-rata bulanan beras medium nasional naik dari Rp 10.574 per kilogram pada Juli 2017 menjadi Rp 10.794 per kilogram pada November 2017. Di sentra penggilingan padi di Karangsinom, Kabupaten Indramayu, Jabar, pedagang mengeluhkan tingginya harga bahan baku gabah.
"Harga ini tinggi karena panennya tidak serentak, bukan enggak ada gabah,” ujar Momon.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Ali Efendi mengakui, produksi padi di Cirebon menurun tahun ini akibat serangan hama wereng dan penyakit kerdil hampa. Produktivitas padi yang sebelumnya bisa 6,6 ton per hektar kini turun menjadi 5,5 ton per hektar.
“Akan tetapi, tahun ini Cirebon tetap surplus 70.000 ton gabah. Tahun lalu, surplus mencapai 130.000 ton padi,” ujar Ali. Kondisi ini lanjutnya, ditunjang pasokan air dari irigasi maupun curah hujan yang ideal.
Mikrad (59), petani di Jamblang, mengatakan, hasil panen padi ketiga saat ini membaik. Dari setengah hektar lahan yang digarap, ia mampu meraup 3 ton GKP. “Padahal, musim tanam sebelumnya hanya dapat 7 kwintal gabah karena serangan wereng dan penyakit kerdil hampa,” ujarnya.
Terkait penanganan hama, Momon mengatakan, pihaknya pos penyuluhan desa bagi petani. Penyuluh pertanian, lanjutnya, akan mendampingi petani dan segera memecahkan berbagai kendala petani, seperti serangan hama.
Saat ini, terdapat 44.000 tenaga penyuluh pertanian di Indonesia. Setiap penyuluh mendampingi setidaknya dua desa.