MEDAN, KOMPAS — Sudah 23 hari pabrik-pabrik di Sumatera Utara merugi karena tidak mendapat pasokan gas yang memadai. Pabrik mendapat pemberitahuan pasokan gas normal pada 24 Desember, tetapi hingga kini belum membaik. Sumur gas di Aceh belum bisa berproduksi akibat perbaikan dan kekurangan bahan baku.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pengguna Gas (Apigas) Sumut Johan Brien, Selasa (26/12), mengatakan, biaya bahan bakar pabrik meningkat sekitar 50 persen selama tiga pekan terakhir karena harus beralih dari gas ke bahan bakar solar yang lebih mahal. ”Kalau dibiarkan lebih lama lagi, pabrik-pabrik pengguna gas bisa bangkrut,” katanya.
Menurut Manajer Pabrik PT Kedaung Industrial Medan Sugianto, tekanan gas di pabrik mereka selama 23 hari terakhir hanya 0,5 hingga 1 bar, jauh di bawah kebutuhan, yakni 5-6 bar. Akibat tekanan yang merosot, gas tidak dapat digunakan untuk proses produksi utama, yakni peleburan barang pecah belah yang memerlukan tekanan minimal 2 bar.
Saat ini gas hanya digunakan untuk proses akhir. yakni pemolesan. Untuk proses peleburan, PT Kedaung menggunakan bahan bakar solar meski harus menambah biaya bahan bakar lebih dari 50 persen. Hal serupa juga dialami pabrik lain.
Kepala Penjualan Area Medan PT PGN Saiful Hadi mengatakan, pasokan gas PGN di area Medan hingga saat ini hanya 6 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), jauh di bawah kebutuhan 12,5-13 MMSCFD.
”Awalnya, kami mendapatkan pemberitahuan bahwa pasokan gas dari hulu akan normal kembali pada tanggal 24 Desember. Namun, hingga kini belum ada penambahan pasokan,” katanya menjelaskan.
Saiful mengatakan, mereka tidak dapat berbuat banyak untuk mengatasi persoalan ini karena PGN hanya distributor. Mereka mendapat pasokan gas dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE) North Sumatra Offshore dan PT PHE North Sumatra B (NSB) dengan terlebih dahulu diproses di PT Perta Arun Gas (PAG). Saat ini PAG belum dapat memproduksi gas lapangan karena masih ada perbaikan dan pemeliharaan mesin serta kekurangan zat kimia methyl diethanolamine (MDEA) yang digunakan untuk menurunkan kadar sulfur gas.
Dia menjelaskan, ada sekitar 45 pabrik yang menggunakan bahan bakar gas pipa di Sumut. Ada juga sekitar 19.000 pelanggan rumah tangga dan 600 pelanggan komersial kecil. Namun, gangguan pasokan hanya dialami pabrik. Pelanggan rumah tangga dan komersial tidak terganggu karena kebutuhan tekanan gas hanya sekitar 0,03 bar.
Manajer Media dan Relasi PT PHE Ifki Sukarya mengatakan, PHE NSO dan PHE NSB sudah siap memproduksi dan mengirim gas. Namun, belum dilakukan karena masih ada pemeliharaan dan perbaikan mesin produksi di PAG. Gas dari PHE NSO dan PHE NSB harus diturunkan dulu kadar sulfurnya oleh PAG sebelum dikirim ke pengguna. ”Hingga kini, PAG masih kekurangan zat kimia MDEA sehingga belum bisa beroperasi,” katanya.
Zat kimia MDEA itu baru bisa didatangkan dari India pada Januari 2018. Untuk solusi jangka pendek, PAG memasok gas 2 MMSCFD dari hasil regasifikasi gas alam cair (LNG) milik PT PLN. Namun, jumlahnya masih terbatas. Pasokan gas dapat kembali normal setelah zat kimia MDEA bisa didatangkan. (NSA)